Oleh Nanang Fitrianto
Dalam menjawab pertanyaan, sistem apa yang baik untuk menjalankan keluarga harmonis, sistem demokrasi patut dicoba. Sistem ini pernah kita dengar dari ucapan SBY tentang bagaimana membina keluarganya. Ia menjalankan sistem demokrasi. Kita sering dengar bahwa SBY adalah pemimpin yang demokratis. Ia pun ketua partai yang bersifat demokratis.
Saya pernah dipimpin oleh orang yang otoriter atau yang tidak demokratis. Keadaan saya yang diotorisasi menjadikan suasana saat itu penuh ketegangan. Orang itu belum banyak pengetahuan sehingga ia tidak tahu kapan harus menggunakan sistem otoriter. Sistem itu yang saya tahu digunakan saat waktunya sudah mendesak, baru digunakan sistem itu (dalam istilah manajemen). Menurut saya, yang lebih baik adalah orang tersebut otoriter dan berpengetahuan karena dia mungkin akan mengajak kita untuk tidak terjebak dalam kesalahan berfikir kita. Namun, yang akan kita bahas di sini adalah prinsip demokratis yang diterapkan di rumah.
Demokrasi mungkin terdengar baru di telinga kita, padahal demokrasi itu telah lama dibuat. Kita yang baru mendengar hal ini mungkin karena kita kekurangan ilmu dan belum pernah mau memahami tentang demokrasi. Demokrasi itu sangat bermanfaat dan patut dicoba.
Kita akan membahas hakikat demokrasi. Kita membahas hakikat karena hakikat itu adalah awal. Agar kita tidak melenceng dari tujuan awal kita, kita harus kembali ke hakikat, seperti sekolah itu hakikatnya untuk beribadah kepada Allah, bukan untuk main-main tanpa makna. Di sini saya akan mengubah kata rakyat menjadi keluarga. Hakikat tersebut adalah pemerintahan dari keluarga, pemerintahan oleh keluarga, dan pemerintahan untuk keluarga. Pemerintah yang saya maksud adalah proses perintah dalam semantik atau ilmu makna. Kita akan membahas satu-satu hakikat tersebut.
Pemerintahan dari keluarga bermaksud bahwa perintah-perintah atau kewajiban atau hak-hak itu harus mendapat persetujuan dari keluarga. Persetujuan ini dibutuhkan untuk mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk menjalankan gaya "memimpin dan dipimpin". Gaya mempimpin maksudnya adalah ayah dari keluarga tersebut dan yang dipimpin adalah istri dan anak-anaknya. Seorang ayah akan memimpin mereka dengan cara yang mereka sudah setujui. Jadi, yang terjadi di sini adalah tidak ada yang merasa kalah. Semuanya merasa menang, walaupun dalam bernegosiasi dalam persetujuan itu ada hal yang hilang dari masing-masing pihak.
Pemerintahan oleh keluarga bermaksud bahwa perintah-perintah yang keluar masuk telinga kita atas nama keluarga dan bukan atas dorongan sendiri, namun atas dorongan kolektivitas atau sekelompok orang yang dianggap satu. Selain itu, hal tersebut bermaksud pemerintahan yang berada dalam pengawasan rakyatnya. Karena itu, pemerintahan itu harus tunduk dalam pengawasan keluarga. Dengan pengawasan tersebut, diharapkan akan hilangnya keinginan untuk otoriter.
Pemerintahan untuk keluarga bermaksud bahwa kekuasaan yang diberikan oleh keluarga melalui persetujuan itu dijadikan untuk kepentingan keluarga. Oleh karena itu, pemerintahan itu harus mendengarkan dan mengakomodasi aspirasi keluarga dalam merumuskan, menjalankan kebijakan dan program-programnya, bukan sebaliknya yang hanya menjalankan aspirasi diri sendiri. Oleh karena itu, pemerintah harus membuka saluran dan menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada keluarga dalam menyampaikan aspirasinya, baik melalui media mana pun.
Ketiga hakikat demokrasi itu dapat dijalankan dengan komunikasi yang baik, seperti komunikasi dengan gaya yang baik karena komunikasi itu ditentukan dengan bagaimana cara ia berkomunikasi, bukan dari seringnya dia berkomunikasi (saya belajar ini dari pelajaran Pengantar Ilmu Komunikasi). Untuk hal yang satu ini, saya akan bahas pada artikel "Menjalin Komunikasi Yang Baik".
Kesimpulan saya, ketiga hakikat tersebut harus dilaksanakan, insya Allah, agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Komunikasi pun sangat menunjang hal tersebut. Komunikasi tidak hanya bicara, tapi bahasa nonverbal kita pun berbicara, sedangkan bahasa nonverbal itu lebih besar pengaruhnya daripada bahasa verbal. Bahasa nonverbal itu yang tidak berupa kata-kata, seperti senyum. Oleh karena itu, sistem demokrasi patut dicoba di dalam keluarga. SBY saja sudah mencobanya, bahkan ia berani mengatakan bahwa ia menggunakan prinsip demokrasi dalam keluarganya. Kita ingin mempunyai keluarga seperti keluarga SBY, bukan?
Semoga bermangfaat, amin. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Ditulis oleh Nanang Fitrianto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar