Dari http://chada23-unesa.blogspot.com/2008/03/jenis-jenis-majas.html
Jenis-Jenis Majas
Majas terbagi atas empat jenis, yakni: majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan meliputi personifikasi, metafora, perumpamaan, alegori, dsb.
2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan antara lain meliputi hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, dsb.
3. Majas Pertautan
Majas pertauatan antara lain meliputi metonimia, sinekdoke, alusio, eufimisme, elipsis, inversi, dsb.
4. Majas Perulangan
Meliputi aliterasi, antanaklasis, kiasmus, repetisi, pararelisme, dsb.
Jumat, 08 Januari 2010
Majas
Dari http://saedmalesbanget.blogspot.com/2009/12/majas-lengkap.html
1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya
3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
5. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.
6. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru
7. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa
8. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
9. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
10. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.
11. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
12. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.
13. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
14. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya
15. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
16. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara
17. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan
18. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
19. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
20. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
21. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
22. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran
23. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!
24. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya
25. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
26. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
27. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu
28. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
29. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?
30. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
31. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
32. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
33. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
34. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis
35. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
36. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita
37. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.
38. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar
39. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting
40. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya
41. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.
42. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.
43. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau
44. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah
45. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
46. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)
47. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?
48. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini
49. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga
50. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
51. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya
52. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat
53. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu
54. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.
55. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.
56. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?
57. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
58. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
59. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
60. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.
61. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)
62. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.
63. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”
orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
1. Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
2. Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya
3. Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
4. Antitesis
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
5. Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.
6. Tautotes
Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru
7. Anafora
Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa
8. Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
9. Simploke
Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
10. Mesodiplosis
Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.
11. Epanalepsis
Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
12. Anadiplosis
Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.
Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.
13. Aliterasi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
14. Asonansi
Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya
15. Anastrof atau Inversi
Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.
Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
16. Apofasis atau Preterisio
Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.
Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara
17. Apostrof
Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan
18. Asindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.
Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
19. Polisindeton
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
20. Kiasmus
Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
21. Elipsis
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.
Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.
22. Eufimisme
Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.
Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran
23. Litotes
Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri
Contoh : Mampirlah ke gubukku!
24. Histeron Proteron
adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya
25. Pleonasme
Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya
26. Tautologi
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.
Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
27. Parifrasis
Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.
Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu
28. Prolepsis atau Antisipasi
Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
29. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh : inikah yang kau namai bekerja?
30. Silepsis dan Zeugma
Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
31. Koreksio atau Epanortosis
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.
32. Hiperbola
Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
33. Paradoks
Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
34. Oksimoron
adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.
Contoh : Keramah-tamahan yang bengis
35. Asosiasi atau Simile
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.
Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
36. Metafora
Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.
Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita
37. Alegori
adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.
38. Parabel
Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.
Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar
39. Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.
Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting
40. Alusi
Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.
Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya
41. Eponim
Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.
42. Epitet
Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.
43. Sinekdoke
- Pars Pro Tato
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya
- Totem Pro Parte
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau
44. Metonimia
Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah
45. Antonomasia
Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
46. Hipalase
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)
47. Ironi
Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?
48. Sinisme
adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam
Contoh : Harum bener baumu pagi ini
49. Sarkasme
Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga
50. Satire
Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
51. Inuendo
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya
52. Antifrasis
Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat
53. Pun atau Paronomasia
Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.
Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu
54. Simbolik
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.
55. Tropen
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.
56. Alusio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.
Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?
57. Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.
Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
58. Eksklmasio
Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.
Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
59. Enumerasio
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
60. Kontradiksio Interminis
Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.
Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.
61. Anakronisme
Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.
Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)
62. Okupasi
Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.
Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.
63. Resentia
Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.
Contoh : “Apakah ibu mau….?”
orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Label:
Gaya Bahasa
Teknik Kepenulisan Naskah Karangan
Kutipan dari buku “Sambil Nulis Dapet Duit: Bikin Novel Ngocol Yuk!”, karya Marthino Andries dan http://www.jonru.net/.
Teknik Kepenulisan
3 Elemen Kepenulisan:
1. Bakat (harus punya)
2. Motivasi (seperi teachable [mau diajari])
3. Anugrah Yang Mahakuasa
Panduan dasar selama menulis:
1. Komitmen kepenulisan (secara kuantitas)
2. Improvisasi
Contoh: kalimat awal “ Ani merasa bingung”.
Kalimat improvisasinya, “ Situasi yang tengah dihadapi membuat ani terpojok, bingung. Ia tak tahu sama sekali akan apa yang ia harus perbuat. Pikirannya seolah terhenti.”
3. Penguasaan Tata Bahasa
Ide-> Thema-*> Sinopsis-> Alur cerita->Draf awal-> Draf akhir
*di antara thema dan synopsis harus ada karakter untuk dibuat di dalam sinopsis.
Keteranga;n
1. Ide
Cara dapetin ide biar gampang dengan membaca koran. Segala macam ide bisa kita dapetin dari satu edisi. Bukan hanya dari satu berita, tapi juga dari iklan, iklan baris, advertorial, pengumuman, humor, surat pembaca, susunan acara TV, semuanya.
- Ide itu jangan ngasal karena dari ide-ide itu akan dikembangkan untuk dijadikan thema dan kemudian sinopsis.
- Judul cerita harus menarik karena penting sekali karena itu aadalah titik kontak pertama antara buku kita dengan calon pembaca.
2. Thema
Untuk ngembangin sebuah ide menjadi sebuah thema, kita sekarang musti nentuon kalo kita mau bikin apa cerita apa. Thema adalah garus besar cerita dan di dalemnya diusahain udah ada peran yang mau kita sampein pada tahap ini. Ide dasarlo dieprtajem.
*Karakter
Penentuan karakter tergantung dengan cerita yang kita bangun. Kalo ada tokoh yang muncul cuma mampir, kalo perlu kita ngga perlu kasih tau umur atau malah namanya.
Untuk membuat cerpen itu, pada umumnya hanya ada 2-3 orang. Untuk membuat novel atau skenario idealnya 6-8 orang. tokoh utama dalam novel tersebut 2-3 orang dan yang lain sebagai tokoh pembantu, bukan figuran.
3. Sinopsis
Untuk ngebangun cerita, salah satu caranya adalah dengan sinopsis 3 babak: latar belakang, konflik, dan penyelesaian.
Sinopsis yang langsung dibuat dengan struktur drama tiga babak
Babak I: berisi pengenalan karakter sebagai latar belakang cerita dan titik awal konglik di endingnya.
babak II: berisi konflik yang makin memuncak disertakan pergesekan.
Babak III: konflik yang semakin memanas, mencapai puncak dan berakhir konflik.
Tambahan
Babak I= berisi latar belakang tokoj, konflik tahap awal dan diakhiri dengan selesainya sebuah kasus. Kasus yang selesai itu akan menjadi awal kisah baru untuk babak II.
Babak II= berisi kisah yang merupakan pengembangan babak I di mana timbul konglik baru yang semakin mengharu-biru. Di bagian terakhir babak ini, konflik baru tadi ternyata berkembang menjadi cerita / konflik yang jauh lebih besar lagi yang akan dikembangkan di babak berikutnya.
Babak III: berisi kisah / konflik batu yang makin memuncak dari waktu ke waktu sampai kemudian mencapai klimaks di akhir cerita.
Jumlah halaman bisa variatif tergantung kebutuhan. Panjangnya sinopsis tergantung untuk apa kita buat sinopsis. Tujuan sinopsis itu macem-macem. Sinopsis bikinan kita adalah sinopsis dengan format drama 3 babak.
• Untuk mengembangkan dari thema ke sinopsis menggunakan 5w+1h
• Sinopsis harus bagus, di mana konflik-konfliknya tajem untuk ngebangun alur cerita. Konflik yang ada dengan gampang elo jadiin meningkat terus-terusan.
• Sinopsis ini diusahakan untuk yang belum bagus untuk terus diperbaiki terus karena apabila sudah mencapai tahap draft awal, alur cerita yang merupakan pengembangan sinopsis ini sudah tidak bisa diubah lagi. Yang dapat diubah hanya penambahan unsur terbaik dari suatu tema, misalnya tema komedi, dalam suatu bagian dari satu adegan. Ini biasanya diletakkan di awal dan di akhir adegan.
4. Aur Cerita / Story Line
*Pada umumnya terdiri dari 60 scene / adegan dengan deskripsi sederhana, tidak detil.
*Adegan yang paling menarik ditempatkan di awal dan akhir cerita.
• plot= cerita utama
Kalo satu plot itu bisa dibikin ampe akhir cerita. Itu bagus, tapi kalo belum bisa, bisa dibikin anak cerita. Cerita elo jadi bercabang. Jadi ada dua subplot istilahnya.
*Biarpun pembaca udah bisa nebak akhir cerita, kita bisa maenin alur ceritanya. Bikin alur ceritanya ngga boleh ketebak oleh pembaca. Salah satu caranya adalah memasukkan unsur yang kita sendiri ngga bisa nebak, namun tetap logis. Kalau kita ngga bisa nebak bagaimana dengan orang lain.
*Dua scene / adegan yang paling sakral adalah opening tease dan closing tease. Itu harus boom.
- Opening tease itu di adegan/ scene ke 1. tembak cerita terbaik dalam tema anda secepat mungkin, misalnya dalam komedi, tembak kelucuan secepat mungkin. Namun hal ini dapat dilakukan juga dalam setiap adegan, yaitu dengan menaruh cerita terbaik anda di awal adegan dan akhir adegan, jadi cerita terbaik anda ada dua.
- Closing tease
Nembak cerita terbaik secepat mungkin. Di bagian ini harus menimbulkan kesan yang mendalam.
4.1 Ngembangin adegan
I..a Dari alur cerita jangan dipusingin dengan tata bahasa atau salah ketik. Sekarang adegan itu bisa kita kembangin dengan 5W+1H.
Di antara unsur dalam satu scene yang lucu kalo bisa ditaruh di ending, yaitu pada paragraf terakhir, kalimat terakhir, kata terakhir.
I.B Kita harus bisa masukkin cerita-cerita terbaik dari tema kita hasil pengembangan 5W+1H ke dalam suatu scene / adegan.
Pengembangan cerita terbaik dapat dilakuin dengan alat 5W+1H. Untuk ngegali potensi komedi. Potensi cerita bisa digali dengan cerita yang dideskripsikan, dialog, dan aksi / perbuatan.
- Deskripsi= mengekploitasi cerita dalam suatu tema dari menggambarkan sesuatu. Ini dapat menggunakan majas / gaya bahasa.
- Naratif= dialog
- Aksi= mengekploitasi dari perbuatan
I.c Coba-coba buat dialog, desktipsi / aksi. Dalam tahap ini, jangan kita peduliin kalo tulisan kita jelek (kalo udah bagus ya tulisan anda jangan diubah jadi jelek), ngga beraturan, bahasanya kacau. Yang penting tulisan kita dapat memahami karena tujuannya memang agar bisa kebaca oleh kita sendiri. Pas udah nyoba-nyoba nulis, kita harus jeli untuk bagaimanapun caranya menjadikan ini sebagai bagian cerita yang menarik dan lucu. Cari peluang. Setelah ok, baru kita poles. Kita perhalus susunan kalimar, urutan kata, tanda baca, semuanya.
Lain – lain
Tips sederhana nulis naskah komedi
1. Minimal pada setiap scene diletakkan cerita menarik, baik di awal maupun di akhir. Itu harus ditempatkan pada tempat dan saat yang tempat.
2. Perkuat karakter anda. Setiap karakter dapat dieksploitasi temanya, khususnya pribadi dengan karakter dan fisik unik, namun jangan sekali-kali mengeksploitasi cacat pada diri seseorang untuk jadi bahan tertawaan.
3. Kalau anda tertawa saat membaca naskah anda, syukurilah sebab kalau anda sendiri tidak tertawa, bagaimana orang lain dapat tertawa.
4. Repetisi. Pengulangan cerita yang semakin meningkat di mana bagian terbaik di letakkan di bagian terakhir. Bayangkan anda sedang mengumpulkan bahan-bahan peledak dan semakin menuju ke tahap akhir. Itu akhirnya meledak di akhir adegan.
5. Nyelenehlah dalam membuat karangan. Nyeleneh = lain sendiri.
5. Draf awal
Draf awal adalah kumpulan adegan
Tip:
1. Musti nulis sproduktif mungkin
2. Buat grafik dinamika penajaman tema anda di setiap adegan. Apabila keseluruhan adegan terlihat tema yang tajam, maka itu baik. Apabila ada yang dirasa kurang baik, segeralah perbaiki dengan memasukkan cerita tema terbaik anda di bagian awal atau akhir atau kedua-duanya, yang kedua-duanya tentu harus punya dua cerita bagian. Hal ini dilakukan untuk menscore kualitas ketajaman tema anda dalam setiap adegan. Tahap ini adalah penilaian secara subjektif / kita sendiri yang menilai.
Misalnya anda merasa kurang bagus dalam suatu adegan dan anda sudah mendapatkan beberapa cerita atau banyak yang menampilkan ketajaman tema, bagi-bagilah cerita tersebut secara merata pada setiap adegan agar hasil keseluruhan anda menjadi lebih baik atau bagi yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
- Langkah berikut di draf awal
Langkah 1: Anda harus baca dari awal sampai akhir. Perbaiki huruf-huruf yang salah ketikan atau kalimat yang menurut anda ngga nyambung atau ngga indah.
Langkah 2: aging, langkah pendiaman. Ini ilustrasinya, di pabrik batu baterai, begitu baterai yang udah selesai proses bahan kimianya dan seluruh tahapannya pun telah selesai, kita harus mendiamkan baterai tersebut agar dapat digunakan. Saat itu diam, unsur-unsur kimia dalam tubuh baterai akan bereaksi dan menghasilkan senyawa baru yang membuat baterai itu menjadi berguna. Begitu pula dengan tulisan kita. Katakanlah Kita diemin seminggu deh, pada waktu kita baca lagi, kita akan nemuin, barangkali, kekurangcermatan, kesalahan, atau ide-ide baru di naskah kita tadi.
Langkah 3: kita akan minta orang lain ngebaca naskah kita. Usahain yang baca 2 – 3 orang.
*Naskah kita harus dicek logikanya. Apakah itu berhubungan atau tidak.
6. Draf Akhir = Udah Jadi
Naskah udah jadi
- Boleh dilakuin atau ngga. Carilah endorser yang akan ngasih komentar ke naskah kita untuk ditaruh dibelakang buku kita. Minta 3 – 4 orang. Ini berguna sebagai sarana promosi.
- Kirim naskah ke penerbit. Penerbit biasanya punya website. Untuk keuangan, anda biasanya dapat royalty (komisi dari jumlah buku yang terjual). Kita pun dapat menjadi self publishing. Untuk menjadi self publishing, kita hanya menjadi penerbit, bukan percetakan karena percetakan itu membutuhkan alat-alat yang harganya mencapai ratusan juta. Dalam menjadi self publishing ini, kita bisa tunjuk pihak ketiga.
Tambahan
Menggambarkan suasana psikis seseorang dalam suatu cerita
Hal yang paling penting dalam hal tersebut adalah upaya kita sebagai penulis untuk menjiwai emosi yang sedang dialami oleh si tokoh. Dalam hal ini, penjiwaan terhadap karakter tokoh merupakan hal yang sangat berperan penting.
Dalam hal ini, kita sebagai penulis harus bisa bersikap seperti seorang aktor. Maksudnya, janganlah kita membuat ” prilaku seorang tokoh ketika marah sama dengan saat kita marah. Karena bagaimanapun, si tokoh rekaan kita itu bukanlah diri kita. Oleh karena itu, selamilah dan jiwailah karakter setiap tokoh, pikirkanlah dan bayangkan bagaimana biasanya seorang psikopat / orang gila sedang marah, dllsb.
Dalam menguasai keterampilan apapun salah satu caranya adalah dengan praktek terus. Anda bukan hanya menjadikan itu sebagai sesuatu yang dikerjakan apabila muncul waktu luang, namun jadikanlah menulis sebagai kebiasaan anda atau salah satu kebiasaan istimewa anda.
Sumber : http://www.jonru.net/
Buku “Sambil Nulis Dapet Duit: Bikin Novel Ngocol Yuk!”, karya Marthino Andries.
Teknik Kepenulisan
3 Elemen Kepenulisan:
1. Bakat (harus punya)
2. Motivasi (seperi teachable [mau diajari])
3. Anugrah Yang Mahakuasa
Panduan dasar selama menulis:
1. Komitmen kepenulisan (secara kuantitas)
2. Improvisasi
Contoh: kalimat awal “ Ani merasa bingung”.
Kalimat improvisasinya, “ Situasi yang tengah dihadapi membuat ani terpojok, bingung. Ia tak tahu sama sekali akan apa yang ia harus perbuat. Pikirannya seolah terhenti.”
3. Penguasaan Tata Bahasa
Ide-> Thema-*> Sinopsis-> Alur cerita->Draf awal-> Draf akhir
*di antara thema dan synopsis harus ada karakter untuk dibuat di dalam sinopsis.
Keteranga;n
1. Ide
Cara dapetin ide biar gampang dengan membaca koran. Segala macam ide bisa kita dapetin dari satu edisi. Bukan hanya dari satu berita, tapi juga dari iklan, iklan baris, advertorial, pengumuman, humor, surat pembaca, susunan acara TV, semuanya.
- Ide itu jangan ngasal karena dari ide-ide itu akan dikembangkan untuk dijadikan thema dan kemudian sinopsis.
- Judul cerita harus menarik karena penting sekali karena itu aadalah titik kontak pertama antara buku kita dengan calon pembaca.
2. Thema
Untuk ngembangin sebuah ide menjadi sebuah thema, kita sekarang musti nentuon kalo kita mau bikin apa cerita apa. Thema adalah garus besar cerita dan di dalemnya diusahain udah ada peran yang mau kita sampein pada tahap ini. Ide dasarlo dieprtajem.
*Karakter
Penentuan karakter tergantung dengan cerita yang kita bangun. Kalo ada tokoh yang muncul cuma mampir, kalo perlu kita ngga perlu kasih tau umur atau malah namanya.
Untuk membuat cerpen itu, pada umumnya hanya ada 2-3 orang. Untuk membuat novel atau skenario idealnya 6-8 orang. tokoh utama dalam novel tersebut 2-3 orang dan yang lain sebagai tokoh pembantu, bukan figuran.
3. Sinopsis
Untuk ngebangun cerita, salah satu caranya adalah dengan sinopsis 3 babak: latar belakang, konflik, dan penyelesaian.
Sinopsis yang langsung dibuat dengan struktur drama tiga babak
Babak I: berisi pengenalan karakter sebagai latar belakang cerita dan titik awal konglik di endingnya.
babak II: berisi konflik yang makin memuncak disertakan pergesekan.
Babak III: konflik yang semakin memanas, mencapai puncak dan berakhir konflik.
Tambahan
Babak I= berisi latar belakang tokoj, konflik tahap awal dan diakhiri dengan selesainya sebuah kasus. Kasus yang selesai itu akan menjadi awal kisah baru untuk babak II.
Babak II= berisi kisah yang merupakan pengembangan babak I di mana timbul konglik baru yang semakin mengharu-biru. Di bagian terakhir babak ini, konflik baru tadi ternyata berkembang menjadi cerita / konflik yang jauh lebih besar lagi yang akan dikembangkan di babak berikutnya.
Babak III: berisi kisah / konflik batu yang makin memuncak dari waktu ke waktu sampai kemudian mencapai klimaks di akhir cerita.
Jumlah halaman bisa variatif tergantung kebutuhan. Panjangnya sinopsis tergantung untuk apa kita buat sinopsis. Tujuan sinopsis itu macem-macem. Sinopsis bikinan kita adalah sinopsis dengan format drama 3 babak.
• Untuk mengembangkan dari thema ke sinopsis menggunakan 5w+1h
• Sinopsis harus bagus, di mana konflik-konfliknya tajem untuk ngebangun alur cerita. Konflik yang ada dengan gampang elo jadiin meningkat terus-terusan.
• Sinopsis ini diusahakan untuk yang belum bagus untuk terus diperbaiki terus karena apabila sudah mencapai tahap draft awal, alur cerita yang merupakan pengembangan sinopsis ini sudah tidak bisa diubah lagi. Yang dapat diubah hanya penambahan unsur terbaik dari suatu tema, misalnya tema komedi, dalam suatu bagian dari satu adegan. Ini biasanya diletakkan di awal dan di akhir adegan.
4. Aur Cerita / Story Line
*Pada umumnya terdiri dari 60 scene / adegan dengan deskripsi sederhana, tidak detil.
*Adegan yang paling menarik ditempatkan di awal dan akhir cerita.
• plot= cerita utama
Kalo satu plot itu bisa dibikin ampe akhir cerita. Itu bagus, tapi kalo belum bisa, bisa dibikin anak cerita. Cerita elo jadi bercabang. Jadi ada dua subplot istilahnya.
*Biarpun pembaca udah bisa nebak akhir cerita, kita bisa maenin alur ceritanya. Bikin alur ceritanya ngga boleh ketebak oleh pembaca. Salah satu caranya adalah memasukkan unsur yang kita sendiri ngga bisa nebak, namun tetap logis. Kalau kita ngga bisa nebak bagaimana dengan orang lain.
*Dua scene / adegan yang paling sakral adalah opening tease dan closing tease. Itu harus boom.
- Opening tease itu di adegan/ scene ke 1. tembak cerita terbaik dalam tema anda secepat mungkin, misalnya dalam komedi, tembak kelucuan secepat mungkin. Namun hal ini dapat dilakukan juga dalam setiap adegan, yaitu dengan menaruh cerita terbaik anda di awal adegan dan akhir adegan, jadi cerita terbaik anda ada dua.
- Closing tease
Nembak cerita terbaik secepat mungkin. Di bagian ini harus menimbulkan kesan yang mendalam.
4.1 Ngembangin adegan
I..a Dari alur cerita jangan dipusingin dengan tata bahasa atau salah ketik. Sekarang adegan itu bisa kita kembangin dengan 5W+1H.
Di antara unsur dalam satu scene yang lucu kalo bisa ditaruh di ending, yaitu pada paragraf terakhir, kalimat terakhir, kata terakhir.
I.B Kita harus bisa masukkin cerita-cerita terbaik dari tema kita hasil pengembangan 5W+1H ke dalam suatu scene / adegan.
Pengembangan cerita terbaik dapat dilakuin dengan alat 5W+1H. Untuk ngegali potensi komedi. Potensi cerita bisa digali dengan cerita yang dideskripsikan, dialog, dan aksi / perbuatan.
- Deskripsi= mengekploitasi cerita dalam suatu tema dari menggambarkan sesuatu. Ini dapat menggunakan majas / gaya bahasa.
- Naratif= dialog
- Aksi= mengekploitasi dari perbuatan
I.c Coba-coba buat dialog, desktipsi / aksi. Dalam tahap ini, jangan kita peduliin kalo tulisan kita jelek (kalo udah bagus ya tulisan anda jangan diubah jadi jelek), ngga beraturan, bahasanya kacau. Yang penting tulisan kita dapat memahami karena tujuannya memang agar bisa kebaca oleh kita sendiri. Pas udah nyoba-nyoba nulis, kita harus jeli untuk bagaimanapun caranya menjadikan ini sebagai bagian cerita yang menarik dan lucu. Cari peluang. Setelah ok, baru kita poles. Kita perhalus susunan kalimar, urutan kata, tanda baca, semuanya.
Lain – lain
Tips sederhana nulis naskah komedi
1. Minimal pada setiap scene diletakkan cerita menarik, baik di awal maupun di akhir. Itu harus ditempatkan pada tempat dan saat yang tempat.
2. Perkuat karakter anda. Setiap karakter dapat dieksploitasi temanya, khususnya pribadi dengan karakter dan fisik unik, namun jangan sekali-kali mengeksploitasi cacat pada diri seseorang untuk jadi bahan tertawaan.
3. Kalau anda tertawa saat membaca naskah anda, syukurilah sebab kalau anda sendiri tidak tertawa, bagaimana orang lain dapat tertawa.
4. Repetisi. Pengulangan cerita yang semakin meningkat di mana bagian terbaik di letakkan di bagian terakhir. Bayangkan anda sedang mengumpulkan bahan-bahan peledak dan semakin menuju ke tahap akhir. Itu akhirnya meledak di akhir adegan.
5. Nyelenehlah dalam membuat karangan. Nyeleneh = lain sendiri.
5. Draf awal
Draf awal adalah kumpulan adegan
Tip:
1. Musti nulis sproduktif mungkin
2. Buat grafik dinamika penajaman tema anda di setiap adegan. Apabila keseluruhan adegan terlihat tema yang tajam, maka itu baik. Apabila ada yang dirasa kurang baik, segeralah perbaiki dengan memasukkan cerita tema terbaik anda di bagian awal atau akhir atau kedua-duanya, yang kedua-duanya tentu harus punya dua cerita bagian. Hal ini dilakukan untuk menscore kualitas ketajaman tema anda dalam setiap adegan. Tahap ini adalah penilaian secara subjektif / kita sendiri yang menilai.
Misalnya anda merasa kurang bagus dalam suatu adegan dan anda sudah mendapatkan beberapa cerita atau banyak yang menampilkan ketajaman tema, bagi-bagilah cerita tersebut secara merata pada setiap adegan agar hasil keseluruhan anda menjadi lebih baik atau bagi yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
- Langkah berikut di draf awal
Langkah 1: Anda harus baca dari awal sampai akhir. Perbaiki huruf-huruf yang salah ketikan atau kalimat yang menurut anda ngga nyambung atau ngga indah.
Langkah 2: aging, langkah pendiaman. Ini ilustrasinya, di pabrik batu baterai, begitu baterai yang udah selesai proses bahan kimianya dan seluruh tahapannya pun telah selesai, kita harus mendiamkan baterai tersebut agar dapat digunakan. Saat itu diam, unsur-unsur kimia dalam tubuh baterai akan bereaksi dan menghasilkan senyawa baru yang membuat baterai itu menjadi berguna. Begitu pula dengan tulisan kita. Katakanlah Kita diemin seminggu deh, pada waktu kita baca lagi, kita akan nemuin, barangkali, kekurangcermatan, kesalahan, atau ide-ide baru di naskah kita tadi.
Langkah 3: kita akan minta orang lain ngebaca naskah kita. Usahain yang baca 2 – 3 orang.
*Naskah kita harus dicek logikanya. Apakah itu berhubungan atau tidak.
6. Draf Akhir = Udah Jadi
Naskah udah jadi
- Boleh dilakuin atau ngga. Carilah endorser yang akan ngasih komentar ke naskah kita untuk ditaruh dibelakang buku kita. Minta 3 – 4 orang. Ini berguna sebagai sarana promosi.
- Kirim naskah ke penerbit. Penerbit biasanya punya website. Untuk keuangan, anda biasanya dapat royalty (komisi dari jumlah buku yang terjual). Kita pun dapat menjadi self publishing. Untuk menjadi self publishing, kita hanya menjadi penerbit, bukan percetakan karena percetakan itu membutuhkan alat-alat yang harganya mencapai ratusan juta. Dalam menjadi self publishing ini, kita bisa tunjuk pihak ketiga.
Tambahan
Menggambarkan suasana psikis seseorang dalam suatu cerita
Hal yang paling penting dalam hal tersebut adalah upaya kita sebagai penulis untuk menjiwai emosi yang sedang dialami oleh si tokoh. Dalam hal ini, penjiwaan terhadap karakter tokoh merupakan hal yang sangat berperan penting.
Dalam hal ini, kita sebagai penulis harus bisa bersikap seperti seorang aktor. Maksudnya, janganlah kita membuat ” prilaku seorang tokoh ketika marah sama dengan saat kita marah. Karena bagaimanapun, si tokoh rekaan kita itu bukanlah diri kita. Oleh karena itu, selamilah dan jiwailah karakter setiap tokoh, pikirkanlah dan bayangkan bagaimana biasanya seorang psikopat / orang gila sedang marah, dllsb.
Dalam menguasai keterampilan apapun salah satu caranya adalah dengan praktek terus. Anda bukan hanya menjadikan itu sebagai sesuatu yang dikerjakan apabila muncul waktu luang, namun jadikanlah menulis sebagai kebiasaan anda atau salah satu kebiasaan istimewa anda.
Sumber : http://www.jonru.net/
Buku “Sambil Nulis Dapet Duit: Bikin Novel Ngocol Yuk!”, karya Marthino Andries.
Label:
Penyusunan Karangan
Jenis Alinea Menurut Fungsinya dalam Karangan
Oleh Nanang Fitrianto
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Hy teman-teman! berjumpa lagi nih kita. Seneng banget dah bisa ketemu lagi ama kamu. Nih ada penjelasan yang penting yang mungkin perlu kamu ketahui. Penjelasannya berisi tentang fungsi ”Jenis Alinea Menurut Fungsinya dalam Karangan”. Menurut saya, bahasan ini penting karena kita dapat membuat karangan kita jadi terlihat profesional. Anda tidak maukan tulisan anda pendek atau hanya berupa satu paragraf atau 2—3 paragraf? Mungkin bahasan di bawah ini dapat membantu anda. Mungkin bagi anda yang belum ada alinea pembukanya, hanya alinea pengembangnya saja, anda bisa menambahkan alinea pembukanya dan alinea penutup. Selamat membaca ya teman. Kita pasti bisa kalo berusaha. Semoga bermanfaat, amin.
a) Alinea Pembukaan
Alinea pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, alinea pembuka harus dapat difungsikan untuk
(1) menghantar pokok pembicaraan
(2) menarik minat dan perhatian pembaca
(3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah menilik ketiga fuingsi tersebut dapat dikatakan alinea pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Alinea pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik dan menawan. Untuk itu, aspek / unsur berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis alinea pembuka, yaitu
(1) kutipan, peribahasa, anekdot
(2) uraian mengenai pentingnya pokok pembicaraan
(3) suatu tantangan atas pendapat atau peryataan seseorang
(4) uraian tentang pengalaman pribadi
(5) uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
(6) sebuah pertanyaan.
b) Alinea Pengembang
Alinea ini bertujuan mengembangkan topik atau pokok pembicaraan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Ilustrasi dari contoh-contoh, inti permasalahan, dan uraian pembajasan adalah isi sebuah alinea pengembang. Alinea pengembang di dalam karangan dapat difungsikan untuk
(1) mengemukakan inti persoalan
(2) memberi ilustrasi atau contoh
(3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada alinea berikutnya
(4) meringkas alinea sebelumnya
(5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
c) Alinea Penutup
Alinea penutup berisi simpulan bagian karangan (subbab, bab) atau simpulan seluruh karangan. Alinea ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat alinea penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini.
(1) Sebagai bagian penutup. Alinea ini tidak boleh terlalu panjang
(2) Isi alinea harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
(3) Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya alinea ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.
Berdasarkan bahasan di atas, kita menyimpulkan bahwa dalam suatu tulisan itu terdiri dari 3 jenis alinea berdasarkan fungsinya dalam karangan. Jenis itu adalah alinea pembuka, pengembang, penutup. Semoga anda dapat menulis lebih baik lagi setelah membaca dan memahami tulisan ini, amin. Terima kasih anda telah membaca.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Buku ”Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa”, karya Lamuddin Finoza.
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Hy teman-teman! berjumpa lagi nih kita. Seneng banget dah bisa ketemu lagi ama kamu. Nih ada penjelasan yang penting yang mungkin perlu kamu ketahui. Penjelasannya berisi tentang fungsi ”Jenis Alinea Menurut Fungsinya dalam Karangan”. Menurut saya, bahasan ini penting karena kita dapat membuat karangan kita jadi terlihat profesional. Anda tidak maukan tulisan anda pendek atau hanya berupa satu paragraf atau 2—3 paragraf? Mungkin bahasan di bawah ini dapat membantu anda. Mungkin bagi anda yang belum ada alinea pembukanya, hanya alinea pengembangnya saja, anda bisa menambahkan alinea pembukanya dan alinea penutup. Selamat membaca ya teman. Kita pasti bisa kalo berusaha. Semoga bermanfaat, amin.
a) Alinea Pembukaan
Alinea pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, alinea pembuka harus dapat difungsikan untuk
(1) menghantar pokok pembicaraan
(2) menarik minat dan perhatian pembaca
(3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah menilik ketiga fuingsi tersebut dapat dikatakan alinea pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Alinea pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik dan menawan. Untuk itu, aspek / unsur berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis alinea pembuka, yaitu
(1) kutipan, peribahasa, anekdot
(2) uraian mengenai pentingnya pokok pembicaraan
(3) suatu tantangan atas pendapat atau peryataan seseorang
(4) uraian tentang pengalaman pribadi
(5) uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
(6) sebuah pertanyaan.
b) Alinea Pengembang
Alinea ini bertujuan mengembangkan topik atau pokok pembicaraan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Ilustrasi dari contoh-contoh, inti permasalahan, dan uraian pembajasan adalah isi sebuah alinea pengembang. Alinea pengembang di dalam karangan dapat difungsikan untuk
(1) mengemukakan inti persoalan
(2) memberi ilustrasi atau contoh
(3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada alinea berikutnya
(4) meringkas alinea sebelumnya
(5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
c) Alinea Penutup
Alinea penutup berisi simpulan bagian karangan (subbab, bab) atau simpulan seluruh karangan. Alinea ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat alinea penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut ini.
(1) Sebagai bagian penutup. Alinea ini tidak boleh terlalu panjang
(2) Isi alinea harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
(3) Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya alinea ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.
Berdasarkan bahasan di atas, kita menyimpulkan bahwa dalam suatu tulisan itu terdiri dari 3 jenis alinea berdasarkan fungsinya dalam karangan. Jenis itu adalah alinea pembuka, pengembang, penutup. Semoga anda dapat menulis lebih baik lagi setelah membaca dan memahami tulisan ini, amin. Terima kasih anda telah membaca.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Sumber: Buku ”Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa”, karya Lamuddin Finoza.
Label:
Penyusunan Karangan
Rabu, 06 Januari 2010
Persyaratan Paragraf yang Powerfull
Oleh Nanang Fitrianto
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hy! Teman, lo mau tau ya bahwa alinea itu mungkin harus bagus agar tulisan kita jadi bagus dan mempunyai dua persyaratan saja. Lo bisa kok buat alinea yang bagus, gw yakin. Semangat ok!!! Tulisan di bawah ini bergaya formal. Mungkin bahasanya agar lugas dan tidak bertele-tele / berpanjang-panjang. Ok, selamat menikmati penjelasan di bawah ini ok! (sebelumnya baca bismillaahirrohmaanirrohiim dulu biar saat kita belajar, kita mendapat berkah oleh Allah SWT, amin).
Persyaratan Alinea
(1)Kesatuan Alinea
Sebuah alinea dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam alinea hanya membicarakan satu ide pokok. Apabila dalam sebuah alinea terdapat kalimat yang menyimpang dati masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam alinea itu mempunyai lebih dari satu ide. Perhatikan alinea di bawah ini.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah presiden Amerika. Melalui perjuangannya. Clinton berhasil menjadi Presiden Amerika. Clinton termasuk presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika sana.
Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam alinea di atas. Akan tetapi, jika dibaca lebih mendalam, akan terasa topik alinea itu lebih dari satu. Kondisi itu membuat pembaca sulit menangkap ide pokok alinea.
Dalam alinea itu ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: *1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, *2) Clinton sebagai Presiden Amerika, dan *3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas mendukung ide pokok, misalnya kalimat *2) sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisnya, yaitu hendak menjelaskan kedudukannya sebagai guru tersebut, maka ”usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam konteks tersebut. Perhatikan perbaikan alinea yang salah itu menjadi tiga alinea berikut, dan resapilah kesatuan ide dalam setiap alinea.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika sana.
Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan itu diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clintoh terasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana, semua bahasa yang besar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika.
(2)Kepaduan Alinea
Sebagaimana perluanya kepaduan dlam kalimat egektif, dalam alinea juga mutlak diperlukan atau koheetensi. Kepaduian alinea akan terwujudjika aliran kalimat dalam alinea berjalan mulus dan lancar serta logis. Untuk itu, repetisi kata dan frasa jasa kata ganti, kata dan frasa penghubung dapat dimanfaatkan untuk memadukan alinea. Inilah contoh alinea yang dibentuk dengan repetiai kata dan frasa.
Pengulangan kata atau frasa seperti yang dicontohkan di atas tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Repetisi nama orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau dengan frasa. Perhatikan contoh alinea di bawah ini.
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Abdurrahman Wahid. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun mempunyyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris bura. Presiden ke-4 republik Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunkjungan ke luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kyai dari Jawa Timur ini juga seting mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan inkonsisten,. Akibatnya mantan ketua PBNU ini seting diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, Gusdur tetap pada prinsipnya dan bergeming menghadapi semua itu.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan alina dapat dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud. Tabel di bawa ini memuat senarai kata dan frasa penghubung kalimat dalam alinea beserta fungsinya masing-masing.
Tabel 14
Senarai kata dan frasa penghubung
Sebagai pengait alinea
Fungsi Contoh Kata dan Frasa
Menyatakan hubungan:
a) akibat/hasil Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi
b) pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian, slai itu, lagi pula lalu, selanjutnya, tambahan lagi
c)perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya, sebaliknya, lebih dari itu, berbeda dengan itu
d)pertentangan Akan tetapu. Bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian
e)tempat Nerldelatam demgam oti. Doseneramg sama. Tak jauh dari sana, di bawah, persis di depanl..., di sepanjang...
f)tujuan Agar/su[aya, untuk/guna, untuk maksud itu
g)waktu Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera, sesudah, sehak,
h)singkatan Singkarnya/ pendeknya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata
Contoh penggunaan dari atas:
Contoh A) menyatakan hubungan akibat atau hasil:
Di pulau Jawa, Bali, Madura, dan Lombok, jumlah tenaga kerja berlebihan, sedangkan di pulau lain kekurangan. Oleh sebab itu, sebagian tenaga kerja dari keempat pulau tersebut dipindahkan ke pulau-pulau lain yang kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian akan terjadi pemerataan tenaga kerja di Indonesia.
Contoh B) menyatakan hubungan pertambahan:
Deterjen tidak hanya cocok dipakai untuk mencuci bahan yang kasar, tetapi cocok juga untuk mencuci bahan yang halus seperti sutra. Selain itu, deterjen dapat juga dipakai untuk mencuci perabot dapur. Lagi pula, perabot yang dicuci dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak pudar. Tambahan lagi, deterjen ternyata juga tidak merusak kulit tangan pemakainya.
Contoh (C) menyatakan hubungan perbandingan:
Dalam menghormati wanita, tampaknya orang barat lebih baik dari orang timur. Kalau kita perhatikan cara-cara orang timur, seperti orang Jepang, Cina, India, Thailand memperlakukan wanita, akan timbul kesan bahwa wanita sebagai golongan yang harus mengabdi kepada pria sehingga dalam banyak hal pria menjadi golongan yang utama. Lain halnya di Eropa, orang barat begitu mengutamakan wanita. Slogan ladies first bukan hanya omong kosong yang tak terbukti. Dalam tatakrama barat, kedudukan wanita paling tidak sudah sama dengan pria, walaupun belum dapat dikatakan lebih tinggi.
Contoh (D) menyatakan hubungan pertentangan:
Manusia diturunkan Tuhan untuk memanfaatkan semua isi alam ini termasuk memakan daging binatang. Namun, manusia tidak diijinkan menyakiti, menyiksa, apalagi menyia-nyiakan binatang. Siapa yang menyiksa binatang berdosa besar. Sebaliknya, siapa yang menolong dan mengasihi binatang akan mendapat pahala yang besar.
Contoh (E) menyatakan hubungan tempat:
Bila anda melintas di jalan Manggarai Utara, persis di depan taman tampak sembilan tukang jahit. Mereka berjajar dengan mesin jahitnya masing-masing yang sebagian besar catnya terkelupas. Agar dapat bekerja dengan nyaman, mereka berlindung di bawah tenda plastik. Pemandangan seperti ini pun dapat anda temukan di sepanjang jalan Jartinegara atau jalan Slamer Riyadi, Jakarta Timur.
(disadur dari ”Penjahit Pinggir Jalan”, Kompas, 19 September 1997)
Contoh (f) menyatakan hubungan tujuan:
Sidang istimera MPR akan digelar dan sudah pasti memerlukan pengamanan. Untuk maksud itu, pimpinan MPR telah mengirim surat kepada Panglima TNI, Panglima Kodam V Jayakarta, Pangkostrad, dan Kapolri meminta bantuan pengamanan. Untuk mengamankan si MPR ini Polri akan dibantu oleh TNI mengingat jumlah anggota Polri yang terbatas dibanding dengan tugas kamtib yang diembannya. Agar terjalin komunikasi yang baik, hendaknya persiapan pengamanan bagi musyawarah para wakil rakyat yang menentukan nasib bangsa itu dilakukan dari jauh-jauh hari.
Contoh (g) menyatakan hubungan waktu:
Sejak bayi, Rere selalu kami ajak berkomunikasi. Mulai usia dua minggu, ketika matanya sudah mulai menatap, kami tidak hanya menganggapnya sebagai bayi, tetapi ”manusia dewasa”. Saat dia pipis, kami selalu memintanya untuk mengangkat kaki guna memudahkan pengantian popoknya. Beberapa minggu kemudian, dia mulai paham dengan maksud kami tersebut. Ketika usianya memasuki minggu ketujuh, Rere tidak hanya paham, tapi dapat melakukannya. Terkadang dia sudah mengangkat kakinya, sebelumnya perintah tersebut kami ucapkan.
(disarikan dari ”Angkat Kakinya...” Nakita, No. 27, 9 Oktober 1999)
Contoh (h) menyatakan hubungan singkatan:
Lalu lintas di persimpangan jalan di Jakarta banyak yang macet dan kacau. Kendaraan berpenumpang, terutama angkutan umum, seperti bus besar sedang, mikrolet, saling serobot. Kendaraan yang lebih kecil seperti bajaj dan sepeda motor. Pendek kata, semua jenis kendaraan turut ambil bagian memacetkan persimpangan jalan di Jakarta.
Gimana setelah baca penjelasan di atas. Lo pasti bisa ya, gw yakin kok, apalagi yang sedang dipelajari sekarang bahasa kita. Akan tetapi, bahasa kita pun memiliki aturan-teman. Kesimpulannya, kita bisa mengait-ngait kalimat di dalam satu paragraf / alinea dengan menggunakan dua persyaratan di atas, yaitu 1) setiap paragraf hanya boleh ada satu ide dan 2) untuk menjaga agar dalam satu paragraf hanya ada satu ide, kita memerlukan repetisi kata dan frasa jasa kata ganti, kata dan frasa penghubung. Khusus untuk repetisi kata, kita tidak boleh sering mengulangnya karena mungkin akan membuat para pembaca bosan. Oleh karena itu, kita menggunakan kata jasa ganti. Untuk mendapatkan kata jasa ganti yang powerfull, kita mungkin harus memperbanyak wawasan tentang sinonim kata-kata tersebut. Ok! Gimana! Insya Allah, kita bisa. Semoga bermanfaat ya teman. Untuk yang belum jelas, kamu bisa tanyakan kepada saya atau kamu bisa cari di sumber lain, terserah kamu ya.
Wallahu a’lam.
Sumber: buku ”Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa”, karya Lamuddin Finoza.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hy! Teman, lo mau tau ya bahwa alinea itu mungkin harus bagus agar tulisan kita jadi bagus dan mempunyai dua persyaratan saja. Lo bisa kok buat alinea yang bagus, gw yakin. Semangat ok!!! Tulisan di bawah ini bergaya formal. Mungkin bahasanya agar lugas dan tidak bertele-tele / berpanjang-panjang. Ok, selamat menikmati penjelasan di bawah ini ok! (sebelumnya baca bismillaahirrohmaanirrohiim dulu biar saat kita belajar, kita mendapat berkah oleh Allah SWT, amin).
Persyaratan Alinea
(1)Kesatuan Alinea
Sebuah alinea dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam alinea hanya membicarakan satu ide pokok. Apabila dalam sebuah alinea terdapat kalimat yang menyimpang dati masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam alinea itu mempunyai lebih dari satu ide. Perhatikan alinea di bawah ini.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah presiden Amerika. Melalui perjuangannya. Clinton berhasil menjadi Presiden Amerika. Clinton termasuk presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika sana.
Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam alinea di atas. Akan tetapi, jika dibaca lebih mendalam, akan terasa topik alinea itu lebih dari satu. Kondisi itu membuat pembaca sulit menangkap ide pokok alinea.
Dalam alinea itu ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: *1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, *2) Clinton sebagai Presiden Amerika, dan *3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas mendukung ide pokok, misalnya kalimat *2) sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisnya, yaitu hendak menjelaskan kedudukannya sebagai guru tersebut, maka ”usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam konteks tersebut. Perhatikan perbaikan alinea yang salah itu menjadi tiga alinea berikut, dan resapilah kesatuan ide dalam setiap alinea.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika sana.
Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan itu diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clintoh terasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana, semua bahasa yang besar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika.
(2)Kepaduan Alinea
Sebagaimana perluanya kepaduan dlam kalimat egektif, dalam alinea juga mutlak diperlukan atau koheetensi. Kepaduian alinea akan terwujudjika aliran kalimat dalam alinea berjalan mulus dan lancar serta logis. Untuk itu, repetisi kata dan frasa jasa kata ganti, kata dan frasa penghubung dapat dimanfaatkan untuk memadukan alinea. Inilah contoh alinea yang dibentuk dengan repetiai kata dan frasa.
Pengulangan kata atau frasa seperti yang dicontohkan di atas tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Repetisi nama orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau dengan frasa. Perhatikan contoh alinea di bawah ini.
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Abdurrahman Wahid. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun mempunyyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris bura. Presiden ke-4 republik Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunkjungan ke luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kyai dari Jawa Timur ini juga seting mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan inkonsisten,. Akibatnya mantan ketua PBNU ini seting diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun, Gusdur tetap pada prinsipnya dan bergeming menghadapi semua itu.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan alina dapat dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud. Tabel di bawa ini memuat senarai kata dan frasa penghubung kalimat dalam alinea beserta fungsinya masing-masing.
Tabel 14
Senarai kata dan frasa penghubung
Sebagai pengait alinea
Fungsi Contoh Kata dan Frasa
Menyatakan hubungan:
a) akibat/hasil Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi
b) pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian, slai itu, lagi pula lalu, selanjutnya, tambahan lagi
c)perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya, sebaliknya, lebih dari itu, berbeda dengan itu
d)pertentangan Akan tetapu. Bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian
e)tempat Nerldelatam demgam oti. Doseneramg sama. Tak jauh dari sana, di bawah, persis di depanl..., di sepanjang...
f)tujuan Agar/su[aya, untuk/guna, untuk maksud itu
g)waktu Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera, sesudah, sehak,
h)singkatan Singkarnya/ pendeknya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata
Contoh penggunaan dari atas:
Contoh A) menyatakan hubungan akibat atau hasil:
Di pulau Jawa, Bali, Madura, dan Lombok, jumlah tenaga kerja berlebihan, sedangkan di pulau lain kekurangan. Oleh sebab itu, sebagian tenaga kerja dari keempat pulau tersebut dipindahkan ke pulau-pulau lain yang kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian akan terjadi pemerataan tenaga kerja di Indonesia.
Contoh B) menyatakan hubungan pertambahan:
Deterjen tidak hanya cocok dipakai untuk mencuci bahan yang kasar, tetapi cocok juga untuk mencuci bahan yang halus seperti sutra. Selain itu, deterjen dapat juga dipakai untuk mencuci perabot dapur. Lagi pula, perabot yang dicuci dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak pudar. Tambahan lagi, deterjen ternyata juga tidak merusak kulit tangan pemakainya.
Contoh (C) menyatakan hubungan perbandingan:
Dalam menghormati wanita, tampaknya orang barat lebih baik dari orang timur. Kalau kita perhatikan cara-cara orang timur, seperti orang Jepang, Cina, India, Thailand memperlakukan wanita, akan timbul kesan bahwa wanita sebagai golongan yang harus mengabdi kepada pria sehingga dalam banyak hal pria menjadi golongan yang utama. Lain halnya di Eropa, orang barat begitu mengutamakan wanita. Slogan ladies first bukan hanya omong kosong yang tak terbukti. Dalam tatakrama barat, kedudukan wanita paling tidak sudah sama dengan pria, walaupun belum dapat dikatakan lebih tinggi.
Contoh (D) menyatakan hubungan pertentangan:
Manusia diturunkan Tuhan untuk memanfaatkan semua isi alam ini termasuk memakan daging binatang. Namun, manusia tidak diijinkan menyakiti, menyiksa, apalagi menyia-nyiakan binatang. Siapa yang menyiksa binatang berdosa besar. Sebaliknya, siapa yang menolong dan mengasihi binatang akan mendapat pahala yang besar.
Contoh (E) menyatakan hubungan tempat:
Bila anda melintas di jalan Manggarai Utara, persis di depan taman tampak sembilan tukang jahit. Mereka berjajar dengan mesin jahitnya masing-masing yang sebagian besar catnya terkelupas. Agar dapat bekerja dengan nyaman, mereka berlindung di bawah tenda plastik. Pemandangan seperti ini pun dapat anda temukan di sepanjang jalan Jartinegara atau jalan Slamer Riyadi, Jakarta Timur.
(disadur dari ”Penjahit Pinggir Jalan”, Kompas, 19 September 1997)
Contoh (f) menyatakan hubungan tujuan:
Sidang istimera MPR akan digelar dan sudah pasti memerlukan pengamanan. Untuk maksud itu, pimpinan MPR telah mengirim surat kepada Panglima TNI, Panglima Kodam V Jayakarta, Pangkostrad, dan Kapolri meminta bantuan pengamanan. Untuk mengamankan si MPR ini Polri akan dibantu oleh TNI mengingat jumlah anggota Polri yang terbatas dibanding dengan tugas kamtib yang diembannya. Agar terjalin komunikasi yang baik, hendaknya persiapan pengamanan bagi musyawarah para wakil rakyat yang menentukan nasib bangsa itu dilakukan dari jauh-jauh hari.
Contoh (g) menyatakan hubungan waktu:
Sejak bayi, Rere selalu kami ajak berkomunikasi. Mulai usia dua minggu, ketika matanya sudah mulai menatap, kami tidak hanya menganggapnya sebagai bayi, tetapi ”manusia dewasa”. Saat dia pipis, kami selalu memintanya untuk mengangkat kaki guna memudahkan pengantian popoknya. Beberapa minggu kemudian, dia mulai paham dengan maksud kami tersebut. Ketika usianya memasuki minggu ketujuh, Rere tidak hanya paham, tapi dapat melakukannya. Terkadang dia sudah mengangkat kakinya, sebelumnya perintah tersebut kami ucapkan.
(disarikan dari ”Angkat Kakinya...” Nakita, No. 27, 9 Oktober 1999)
Contoh (h) menyatakan hubungan singkatan:
Lalu lintas di persimpangan jalan di Jakarta banyak yang macet dan kacau. Kendaraan berpenumpang, terutama angkutan umum, seperti bus besar sedang, mikrolet, saling serobot. Kendaraan yang lebih kecil seperti bajaj dan sepeda motor. Pendek kata, semua jenis kendaraan turut ambil bagian memacetkan persimpangan jalan di Jakarta.
Gimana setelah baca penjelasan di atas. Lo pasti bisa ya, gw yakin kok, apalagi yang sedang dipelajari sekarang bahasa kita. Akan tetapi, bahasa kita pun memiliki aturan-teman. Kesimpulannya, kita bisa mengait-ngait kalimat di dalam satu paragraf / alinea dengan menggunakan dua persyaratan di atas, yaitu 1) setiap paragraf hanya boleh ada satu ide dan 2) untuk menjaga agar dalam satu paragraf hanya ada satu ide, kita memerlukan repetisi kata dan frasa jasa kata ganti, kata dan frasa penghubung. Khusus untuk repetisi kata, kita tidak boleh sering mengulangnya karena mungkin akan membuat para pembaca bosan. Oleh karena itu, kita menggunakan kata jasa ganti. Untuk mendapatkan kata jasa ganti yang powerfull, kita mungkin harus memperbanyak wawasan tentang sinonim kata-kata tersebut. Ok! Gimana! Insya Allah, kita bisa. Semoga bermanfaat ya teman. Untuk yang belum jelas, kamu bisa tanyakan kepada saya atau kamu bisa cari di sumber lain, terserah kamu ya.
Wallahu a’lam.
Sumber: buku ”Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa”, karya Lamuddin Finoza.
Label:
Penyusunan Karangan
Senin, 04 Januari 2010
Biodata Penulis dan Bonus Tulisan
Oleh Fatih Syuhud
Biodata
Setelah tulisan selesai, jangan lupa menuliskan biodata anda.Biodata penulis biasanya harus berkaitan dengan tema tulisan dan isinya singkat. Kalau kebetulan tema tulisan sesuai dengan jurusan dan/jabatan kita, maka jurusan/jabatan bisa digunakan sebagai biodata. Contoh, Sdr. Purwono, Medan, menulis artikel seputar sastra, maka biodatanya bisa dua macam (a) Dosen Fakultas Sastra UISU, Medan; atau (b) Pembantu Dekan I, UISU, Medan (jabatan ini dapat juga dipakai sebagai biodata tulisan yang berkaitan dengan dunia pendidikan secara umum).
Akan tetapi kalau tulisan kita berkaitan dengan masalah yang tidak ada hubungannya dengan jurusan kita, maka dapat menggunakan biodata yang berkaitan dengan tulisan tsb. Contoh, Tasar Karimuddin yang jurusan ilmu politik menulis seputar agama, maka biodata bisa ditulis sebagai berikut: Penulis adalah Khatib KBRI New Delhi, atau Staf Litbang PPI-India, dst. Intinya, biodata bukan soal yang sulit. Ia dapat fleksibel, sesuai kebutuhan dan tema tulisan yang kita buat.BonusApakah tulisan yang dimuat ada honornya? Tentu ada. Namun, honor tulisan lebih pantas disebut bonus mengingat jumlahnya tidak begitu besar, bahkan sangat kecil untuk koran daerah, kalau diingat bahwa diperlukan painstaking effort untuk riset bahan, dan lain-lain. Apresiasi intelektual memang masih sangat kurang di negara kita dibanding di negara maju. Termasuk dalam hal ini honor/gaji dosen (PNS atau swasta), misalnya, yang kalah jauh dengan penghasilan tukang bengkel atau pemilik toko.
Namun demikian, dibanding di India, honor tulisan di kita terbilang lumayan. Di the Jakarta Post (artikel bahasa Inggris), misalnya, tulisan yang dimuat bernilai Rp.750.000. Sedang di Kompas dan Jawa Pos, masing-masing Rp.450.000 dan Rp. 500.000. Ketiga koran ini adalah yang terbesar honornya. Sedangkan koran nasional lain seperti Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Karya, dan lain-lain dan koran daerah di Jawa rata-rata Rp.300.000. Sementara untuk koran daerah luar jawa berkisar antara Rp.50.000 sampai 200.000.
Menulis memang hendaknya tidak diniatkan untuk mengharapkan honor (baca, untuk cari duit). Karena kalau ini yang jadi tujuan, banyak aktivitas non-intelektual lain yang dapat menghasilkan jumlah lebih besar, walaupun kalau tulisan kita dimuat secara teratur dua kali saja dalam sebulan bisa melebihi gaji dosen. Menulis, seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, bertujuan utama untuk (a) membangun kredibilitas intelektual dan gelar yang kita sandang; (b) menyebarkan ide yang kita miliki ke kalangan yang lebih luas; (c) ikut mewarnai dunia wacana nasional yang akan punya pengaruh langsung pada pembangungan masa depan Indonesia dan (d) membentuk citra baik almamater, institusi dan jabatan yang kita sandang.
PENUTUP
Sebagai penutup uraian singkat tips menulis ini saya ingin mengulangi dan menekankan bahwa belajar menulis, terutama bagi pemula, adalah DENGAN MENULIS APA YANG MAU KITA TULIS. TIDAK PERLU BELAJAR TEORI. Dan kirimkan tulisan tsb. ke media. Idealnya, sebelum dikirim tulisan kita diperiksakan dulu pada rekan atau dosen anda yang biasa menulis. Kalau tidak ada, langsung saja dikirim. Jangan lupa, usahakan setiap hari membaca rubrik: headlines, editorial dan artikel opini koran yang anda baca. Soal nonteknis yang tak kalah pentingnya untuk produktifitas menulis adalah BE RESILIENT AND HUMBLE (tidak mudah putus asa untuk terus mencoba kalau tulisan tidak dimuat dan tetap rendah hati ketika tulisan dimuat).
Selamat memulai menulis dan bagi yang membutuhkan bantuan teknis (editing, bahan, dan lain-lain) silahkan kirim email ke salah satu rekan berikut: saya (gagho@yahoo.com), Rizqon Khamami (rizqonkham@yahoo.com), Qisai (qisai@yahoo.com), Izam Zamhasari (izamsh@yahoo.com).
Mari maju bersama mencapai kredibilitas intelektual pribadi dan almamater (mahasiswa dan masyarakat Indonesia di India).(TAMAT)[]
Kutipan dari afatih.wordpress.com/2005/09/05/honor-tulisan-dan-biodata-penulis/
Biodata
Setelah tulisan selesai, jangan lupa menuliskan biodata anda.Biodata penulis biasanya harus berkaitan dengan tema tulisan dan isinya singkat. Kalau kebetulan tema tulisan sesuai dengan jurusan dan/jabatan kita, maka jurusan/jabatan bisa digunakan sebagai biodata. Contoh, Sdr. Purwono, Medan, menulis artikel seputar sastra, maka biodatanya bisa dua macam (a) Dosen Fakultas Sastra UISU, Medan; atau (b) Pembantu Dekan I, UISU, Medan (jabatan ini dapat juga dipakai sebagai biodata tulisan yang berkaitan dengan dunia pendidikan secara umum).
Akan tetapi kalau tulisan kita berkaitan dengan masalah yang tidak ada hubungannya dengan jurusan kita, maka dapat menggunakan biodata yang berkaitan dengan tulisan tsb. Contoh, Tasar Karimuddin yang jurusan ilmu politik menulis seputar agama, maka biodata bisa ditulis sebagai berikut: Penulis adalah Khatib KBRI New Delhi, atau Staf Litbang PPI-India, dst. Intinya, biodata bukan soal yang sulit. Ia dapat fleksibel, sesuai kebutuhan dan tema tulisan yang kita buat.BonusApakah tulisan yang dimuat ada honornya? Tentu ada. Namun, honor tulisan lebih pantas disebut bonus mengingat jumlahnya tidak begitu besar, bahkan sangat kecil untuk koran daerah, kalau diingat bahwa diperlukan painstaking effort untuk riset bahan, dan lain-lain. Apresiasi intelektual memang masih sangat kurang di negara kita dibanding di negara maju. Termasuk dalam hal ini honor/gaji dosen (PNS atau swasta), misalnya, yang kalah jauh dengan penghasilan tukang bengkel atau pemilik toko.
Namun demikian, dibanding di India, honor tulisan di kita terbilang lumayan. Di the Jakarta Post (artikel bahasa Inggris), misalnya, tulisan yang dimuat bernilai Rp.750.000. Sedang di Kompas dan Jawa Pos, masing-masing Rp.450.000 dan Rp. 500.000. Ketiga koran ini adalah yang terbesar honornya. Sedangkan koran nasional lain seperti Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Karya, dan lain-lain dan koran daerah di Jawa rata-rata Rp.300.000. Sementara untuk koran daerah luar jawa berkisar antara Rp.50.000 sampai 200.000.
Menulis memang hendaknya tidak diniatkan untuk mengharapkan honor (baca, untuk cari duit). Karena kalau ini yang jadi tujuan, banyak aktivitas non-intelektual lain yang dapat menghasilkan jumlah lebih besar, walaupun kalau tulisan kita dimuat secara teratur dua kali saja dalam sebulan bisa melebihi gaji dosen. Menulis, seperti yang pernah saya singgung sebelumnya, bertujuan utama untuk (a) membangun kredibilitas intelektual dan gelar yang kita sandang; (b) menyebarkan ide yang kita miliki ke kalangan yang lebih luas; (c) ikut mewarnai dunia wacana nasional yang akan punya pengaruh langsung pada pembangungan masa depan Indonesia dan (d) membentuk citra baik almamater, institusi dan jabatan yang kita sandang.
PENUTUP
Sebagai penutup uraian singkat tips menulis ini saya ingin mengulangi dan menekankan bahwa belajar menulis, terutama bagi pemula, adalah DENGAN MENULIS APA YANG MAU KITA TULIS. TIDAK PERLU BELAJAR TEORI. Dan kirimkan tulisan tsb. ke media. Idealnya, sebelum dikirim tulisan kita diperiksakan dulu pada rekan atau dosen anda yang biasa menulis. Kalau tidak ada, langsung saja dikirim. Jangan lupa, usahakan setiap hari membaca rubrik: headlines, editorial dan artikel opini koran yang anda baca. Soal nonteknis yang tak kalah pentingnya untuk produktifitas menulis adalah BE RESILIENT AND HUMBLE (tidak mudah putus asa untuk terus mencoba kalau tulisan tidak dimuat dan tetap rendah hati ketika tulisan dimuat).
Selamat memulai menulis dan bagi yang membutuhkan bantuan teknis (editing, bahan, dan lain-lain) silahkan kirim email ke salah satu rekan berikut: saya (gagho@yahoo.com), Rizqon Khamami (rizqonkham@yahoo.com), Qisai (qisai@yahoo.com), Izam Zamhasari (izamsh@yahoo.com).
Mari maju bersama mencapai kredibilitas intelektual pribadi dan almamater (mahasiswa dan masyarakat Indonesia di India).(TAMAT)[]
Kutipan dari afatih.wordpress.com/2005/09/05/honor-tulisan-dan-biodata-penulis/
Label:
Penyusunan Karangan Bag. II
Jangan Terobsesi Komentar: Blog Pakar dan Non-Pakar
Oleh Fatih Syuhud
Blog Pakar dan Non-PakarKomentar di posting blog kita mungkin penting. Setidaknya itu tanda tulisan kita dibaca dan diperhatikan, walau sekarang sudah ada mybloglog sebagai tanda tulisan kita ada yang baca. Tapi semua orang tahu, komentar itu bukan segalanya. Tulisan bagus yang mencerahkan itulah segalanya. Dan karena itu, fokus utama hendaknya bukan bagaimana menciptakan posting yang kontroversial walau terkesan murahan hanya demi dapat komentar banyak, tapi bagaimana konsentrasi kita dalam membuat tulisan yang baik dan berkualitas. Apa tulisan yang baik dan berkualitas?
Pertama-tama, sebagaimana di berbagai bidang, blogger juga dapat dibagi dalam dua kategori. Blogger pakar dan non-pakar; seperti halnya ada blog pakar dan non-pakar.
Blog / Blogger Pakar
Blog pakar adalah blog yang berisi artikel tematik khusus sesuai dengan bidang keahlian penulisnya. Blog ekonomi ditulis oleh pakar ekonomi; blog politik biasanya ditulis pakar / pengamat politik.
Contoh blog dan blogger pakar:
Ekonomi dan Politik
http://www.perspektif.net/ (politik)
http://www.naskahkuno.blogspot.com/ (islam)
http://sarapanekonomi.blogspot.com/ (ekonomi)
http://kafedepok.blogspot.com/ (ekonomi)
http://cafesalemba.blogspot.com/ (ekonomi)
http://martinmanurung.blogspot.com (ekonomi politik)
http://andreasharsono.blogspot.com/ (jurnalisme)
Dan lain-lain.
Blog / Blogger Non-Pakar
Blog / Blogger Non-Pakar adalah blog personal yang isinya gado-gado. Penulisnya (sang blogger) bisa saja seorang pakar, pengamat, akademisi, penulis atau orang biasa, yang jelas isinya tidak mencerminkan kepakaran ilmu yang digelutinya. Blog non-pakar ini berisi apa saja yang muncul di pikiran yang menurut hemat penulisnya pantas untuk dibagi. Mayoritas blog dari blogger Indonesia adalah blog nonpakar yang ditulis oleh blogger nonpakar juga, saya adalah salah satu kelompok terakhir ini (blog & blogger non-pakar); dan mungkin Anda juga.
Artikel (content) yang berkualitas
Kedua tipe blog di atas memiliki standar tersendiri dalam soal mutu artikel. Artikel yang bermutu bagi blog pakar tentunya yang sesuai dengan prinsip minimal akademis di samping isinya mencerahkan.
Blog non-pakar tentu saja memiliki standar nilai yang berbeda. Selagi isinya unik, baru dan mencerahkan dan bukan copy/paste, saya menilai artikel yang ditulis sudah memenuhi syarat untuk dianggap bermutu.
Artikel berkualitas dahulu, komentar belakangan
Blog pakar hampir bisa dipastikan isinya berkualitas. Mereka serius dalam menganalisa. Komentar di blog mereka mungkin tidak banyak, khususnya di Indonesia, tapi pembaca yang datang selalu “pulang” dari blog mereka dengan ilmu baru dan wawasan baru. Ini yang penting dan esensial.
Begitu juga, blog non-pakar yang berkualitas. Mungkin saja tak banyak mendapat komentar, tapi setiap pembaca / visitor yang datang selalu mendapat hal baru dan dari situ mereka selalu menunggu tulisan-tulisan baru yang lain dari blog yang sama. Kredibilitas sang blogger pun tercipta dan tertanam di hati pembacanya.
Artikel atau posting yang baik di blog non-pakar (personal) tak harus berisi ulasan panjang dan penuh kutipan. Ia bisa berupa tulisan pendek buah perenungan dirinya saat berkontemplasi; atau pelajaran yang berhasil didapatnya saat ia melihat sesuatu atau mengalami suatu kejadian. Pengalaman pribadi itu unik, dan karena keunikan itu maka ketika dibagi dengan pembaca akan berpotensi mencerahkan.
Saya buat tulisan ini berdasar pada keprihatinan saya setelah membaca beberapa artikel di sejumlah blog Indonesia yang terkesan mendorong para blogger untuk mengagung-agungkan komentar dan trafik tinggi. Dapat komentar banyak itu baik, dapat traffic tinggi juga patut disyukuri tapi kalau demi kedua faktor itu kita mengorbankan kualitas tulisan, maka apa bedanya kita dengan koruptor, maling dan pelacur yang mengagung-agungkan kekuasaan dan uang dengan jalan apapun, bukan nilai luhur dan harga diri?
Saya juga melihat sebagian artikel yang betul-betul tidak bermutu hanya demi mendapat traffic tinggi dengan memanipulasi kata kunci yang banyak dicari orang di google.com. Ini salah satu sebab utama kalau kita menganggap komentar banyak (supaya jadi blog seleb) dan traffic tinggi sebagai standar sukses sebuah blog dan blogger.
Sekali lagi, komentar banyak dan traffic tinggi bukan segalanya.
A lot of comments and high traffic is not everything. Good quality content is.
Kutipan dari afatih.wordpress.com/2008/01/02/jangan-terobsesi-komentar-blog-pakar-dan-non-pakar/
Blog Pakar dan Non-PakarKomentar di posting blog kita mungkin penting. Setidaknya itu tanda tulisan kita dibaca dan diperhatikan, walau sekarang sudah ada mybloglog sebagai tanda tulisan kita ada yang baca. Tapi semua orang tahu, komentar itu bukan segalanya. Tulisan bagus yang mencerahkan itulah segalanya. Dan karena itu, fokus utama hendaknya bukan bagaimana menciptakan posting yang kontroversial walau terkesan murahan hanya demi dapat komentar banyak, tapi bagaimana konsentrasi kita dalam membuat tulisan yang baik dan berkualitas. Apa tulisan yang baik dan berkualitas?
Pertama-tama, sebagaimana di berbagai bidang, blogger juga dapat dibagi dalam dua kategori. Blogger pakar dan non-pakar; seperti halnya ada blog pakar dan non-pakar.
Blog / Blogger Pakar
Blog pakar adalah blog yang berisi artikel tematik khusus sesuai dengan bidang keahlian penulisnya. Blog ekonomi ditulis oleh pakar ekonomi; blog politik biasanya ditulis pakar / pengamat politik.
Contoh blog dan blogger pakar:
Ekonomi dan Politik
http://www.perspektif.net/ (politik)
http://www.naskahkuno.blogspot.com/ (islam)
http://sarapanekonomi.blogspot.com/ (ekonomi)
http://kafedepok.blogspot.com/ (ekonomi)
http://cafesalemba.blogspot.com/ (ekonomi)
http://martinmanurung.blogspot.com (ekonomi politik)
http://andreasharsono.blogspot.com/ (jurnalisme)
Dan lain-lain.
Blog / Blogger Non-Pakar
Blog / Blogger Non-Pakar adalah blog personal yang isinya gado-gado. Penulisnya (sang blogger) bisa saja seorang pakar, pengamat, akademisi, penulis atau orang biasa, yang jelas isinya tidak mencerminkan kepakaran ilmu yang digelutinya. Blog non-pakar ini berisi apa saja yang muncul di pikiran yang menurut hemat penulisnya pantas untuk dibagi. Mayoritas blog dari blogger Indonesia adalah blog nonpakar yang ditulis oleh blogger nonpakar juga, saya adalah salah satu kelompok terakhir ini (blog & blogger non-pakar); dan mungkin Anda juga.
Artikel (content) yang berkualitas
Kedua tipe blog di atas memiliki standar tersendiri dalam soal mutu artikel. Artikel yang bermutu bagi blog pakar tentunya yang sesuai dengan prinsip minimal akademis di samping isinya mencerahkan.
Blog non-pakar tentu saja memiliki standar nilai yang berbeda. Selagi isinya unik, baru dan mencerahkan dan bukan copy/paste, saya menilai artikel yang ditulis sudah memenuhi syarat untuk dianggap bermutu.
Artikel berkualitas dahulu, komentar belakangan
Blog pakar hampir bisa dipastikan isinya berkualitas. Mereka serius dalam menganalisa. Komentar di blog mereka mungkin tidak banyak, khususnya di Indonesia, tapi pembaca yang datang selalu “pulang” dari blog mereka dengan ilmu baru dan wawasan baru. Ini yang penting dan esensial.
Begitu juga, blog non-pakar yang berkualitas. Mungkin saja tak banyak mendapat komentar, tapi setiap pembaca / visitor yang datang selalu mendapat hal baru dan dari situ mereka selalu menunggu tulisan-tulisan baru yang lain dari blog yang sama. Kredibilitas sang blogger pun tercipta dan tertanam di hati pembacanya.
Artikel atau posting yang baik di blog non-pakar (personal) tak harus berisi ulasan panjang dan penuh kutipan. Ia bisa berupa tulisan pendek buah perenungan dirinya saat berkontemplasi; atau pelajaran yang berhasil didapatnya saat ia melihat sesuatu atau mengalami suatu kejadian. Pengalaman pribadi itu unik, dan karena keunikan itu maka ketika dibagi dengan pembaca akan berpotensi mencerahkan.
Saya buat tulisan ini berdasar pada keprihatinan saya setelah membaca beberapa artikel di sejumlah blog Indonesia yang terkesan mendorong para blogger untuk mengagung-agungkan komentar dan trafik tinggi. Dapat komentar banyak itu baik, dapat traffic tinggi juga patut disyukuri tapi kalau demi kedua faktor itu kita mengorbankan kualitas tulisan, maka apa bedanya kita dengan koruptor, maling dan pelacur yang mengagung-agungkan kekuasaan dan uang dengan jalan apapun, bukan nilai luhur dan harga diri?
Saya juga melihat sebagian artikel yang betul-betul tidak bermutu hanya demi mendapat traffic tinggi dengan memanipulasi kata kunci yang banyak dicari orang di google.com. Ini salah satu sebab utama kalau kita menganggap komentar banyak (supaya jadi blog seleb) dan traffic tinggi sebagai standar sukses sebuah blog dan blogger.
Sekali lagi, komentar banyak dan traffic tinggi bukan segalanya.
A lot of comments and high traffic is not everything. Good quality content is.
Kutipan dari afatih.wordpress.com/2008/01/02/jangan-terobsesi-komentar-blog-pakar-dan-non-pakar/
Label:
Penyusunan Karangan
Kriteria Berita yang Bagus
By Romel
ADA yang bertanya, berita bagus itu yang kayak gimana? Pertanyaan ringkas, namun mendasar dan butuh jawaban panjang. Sedikit bingung saya menerangkannya.
Berita bagus itu relatif. Berita penangkapan koruptor itu good news bagi bangsa ini, tapi bad news bagi si koruptor dan keluarga serta koleganya. MU menang dari Blackburn Rovers itu good news bagi saya sebagai fans berat MU. Ketika MU kalah dari Liverpool, itu bad news bagi saya, namun good news bagi fans Liverpool.
Berita yang bagus itu ukurannya sudah baku, yakni “news values” (nilai-nilai berita) atau “nilai jurnalistik”. Banyak sekali nilai berita itu, tapi saya ringkaskan menjadi empat, yakni:
1. Aktual, artinya hangat atau baru terjadi;
2. Faktual, benar-benar terjadi, ada faktanya, bukan berita bohong;
3. Menarik, yakni menarik minat pembaca, menarik hati publik untuk tahu, membangkitkan rasa ingin tahu;
4. Penting, yakni menyangkut kepentingan orang banyak dan/atau menyangkut orang penting (public figure).
Selain memenuhi nilai berita tersebut, sebuah berita juga harus memenuhi struktur baku penulisan berita, seperti judul, lead, dan body (isi berita). Trus… gunakan bahasa jurnalistik, yakni baku, hemat kata, ringkas, sederhana, mudah dimengerti, kalimatnya pendek-pendek, de el el. (Warning: yang saya gunakan dalam tulisan ini bukan gaya bahasa jurnalistik, tapi gaya bahasa “komunikasi pribadi” atau “blog style”; blog ‘kan sifatnya personal, jadi jangan serius amat atau kaku banget kalo nulis di blog).
Berikutnya, berita itu memenuhi unsur 5W+1H sehingga info yang disampaikan lengkap. Lainnya… apa ya, o iya, berita itu harus berimbang, balance, covering both side, karena tugas wartawan adalah menampilkan fakta apa adanya dan fair. Namun, bukan netral! Wartawan tidak boleh dan memang tidak ada yang netral.
Wartawan itu INDEPENDEN! Nah, dalam independensinya itu ia boleh memihak, bahkan menurut wartawan senior Rosihan Anwar, wartawan itu harus memihak kepada rakyat tertintas, korban.
Salah satu elemen jurnalistik versi Bill Kovach menegaskan: loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara; loyality is to the citizens. Misal, wartawan harus memihak kepada warga Kompleks Griya Cempaka Arum Gedebage Bandung yang jiwanya terancam PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Pemkot Bandung ngotot ingin membangun PLTSa, meskipun semua pakar lingkungan independen mengatakan PLTSa itu berbahaya bagi lingkungan dan manusia, mengandung racun berbahaya, dioksin.
Kalo ada wartawan yang loyalitasnya pada penguasa, itu namanya “wartawan kuda tunggang”. Wartawan itu ‘kan “natural enemy” pemerintah; sebagai “watchdog” atau pengontrol kinerja pemerintah. Kritik pers terhadap pemerintah bahkan dijamin UU No. 40/1999, yakni salah satu fungsi pers adalah “kontrol sosial”.
Itulah pandangan saya mengenai good news, berita bagus, berita yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/11/kriteria-berita-yang-bagus/
ADA yang bertanya, berita bagus itu yang kayak gimana? Pertanyaan ringkas, namun mendasar dan butuh jawaban panjang. Sedikit bingung saya menerangkannya.
Berita bagus itu relatif. Berita penangkapan koruptor itu good news bagi bangsa ini, tapi bad news bagi si koruptor dan keluarga serta koleganya. MU menang dari Blackburn Rovers itu good news bagi saya sebagai fans berat MU. Ketika MU kalah dari Liverpool, itu bad news bagi saya, namun good news bagi fans Liverpool.
Berita yang bagus itu ukurannya sudah baku, yakni “news values” (nilai-nilai berita) atau “nilai jurnalistik”. Banyak sekali nilai berita itu, tapi saya ringkaskan menjadi empat, yakni:
1. Aktual, artinya hangat atau baru terjadi;
2. Faktual, benar-benar terjadi, ada faktanya, bukan berita bohong;
3. Menarik, yakni menarik minat pembaca, menarik hati publik untuk tahu, membangkitkan rasa ingin tahu;
4. Penting, yakni menyangkut kepentingan orang banyak dan/atau menyangkut orang penting (public figure).
Selain memenuhi nilai berita tersebut, sebuah berita juga harus memenuhi struktur baku penulisan berita, seperti judul, lead, dan body (isi berita). Trus… gunakan bahasa jurnalistik, yakni baku, hemat kata, ringkas, sederhana, mudah dimengerti, kalimatnya pendek-pendek, de el el. (Warning: yang saya gunakan dalam tulisan ini bukan gaya bahasa jurnalistik, tapi gaya bahasa “komunikasi pribadi” atau “blog style”; blog ‘kan sifatnya personal, jadi jangan serius amat atau kaku banget kalo nulis di blog).
Berikutnya, berita itu memenuhi unsur 5W+1H sehingga info yang disampaikan lengkap. Lainnya… apa ya, o iya, berita itu harus berimbang, balance, covering both side, karena tugas wartawan adalah menampilkan fakta apa adanya dan fair. Namun, bukan netral! Wartawan tidak boleh dan memang tidak ada yang netral.
Wartawan itu INDEPENDEN! Nah, dalam independensinya itu ia boleh memihak, bahkan menurut wartawan senior Rosihan Anwar, wartawan itu harus memihak kepada rakyat tertintas, korban.
Salah satu elemen jurnalistik versi Bill Kovach menegaskan: loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara; loyality is to the citizens. Misal, wartawan harus memihak kepada warga Kompleks Griya Cempaka Arum Gedebage Bandung yang jiwanya terancam PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Pemkot Bandung ngotot ingin membangun PLTSa, meskipun semua pakar lingkungan independen mengatakan PLTSa itu berbahaya bagi lingkungan dan manusia, mengandung racun berbahaya, dioksin.
Kalo ada wartawan yang loyalitasnya pada penguasa, itu namanya “wartawan kuda tunggang”. Wartawan itu ‘kan “natural enemy” pemerintah; sebagai “watchdog” atau pengontrol kinerja pemerintah. Kritik pers terhadap pemerintah bahkan dijamin UU No. 40/1999, yakni salah satu fungsi pers adalah “kontrol sosial”.
Itulah pandangan saya mengenai good news, berita bagus, berita yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/11/kriteria-berita-yang-bagus/
Label:
Penyusunan Karangan
Membuat Judul Berita
By Romeltea
JUDUL berita wajib menarik, wajib eyecatching (kalo wajib, tidak dilaksanakan dosa dong….! Ya, “dosa jurnalistik”!). Fungsi utama judul: (a) pemadatan isi berita sekaligus (b) mencerminkan isi berita. Judul juga harus sesuai dengan ruangan (space) yang tersedia. Keterbatasan ruangan itu memaksa penggunaan bahasa yang lebih singkat dan padat.
Agar baik dan menarik, “teorinya” begini. Pembuatan judul berita harus memenuhi ketentuan :
(a) diambil dari informasi di dekat bagian atas berita, bagian terpenting berita;
(b) dipilih kata-kata yang memenuhi ruangan yang tersedia;
(c) biasanya kata benda diikuti kata kerja, atau Subjek-Predikat, mubtada-khobar;
(d) hampir harus selalu ditulis dalam kalimat “kejadian sekarang” (present tense), hindari kata “telah” atau “sudah”, juga “akan”,
(e) nama seseorang hanya digunakan jika dia tokoh;
(f) hanya digunakan tanda kutip tunggal;
(g) umumnya penggunaan singkatan dihindari;
(h) jelas atau tidak samar,
(i) menggunakan kalimat aktif, e.q. Acara Dihadiri Presiden, ubah jadi: Presiden Hadiri Acara; serta
(j) hindari kalimat tanya. Masak, pembaca mau tahu informasi terbaru, malah ditanya! Kumaha….
Penulisan judul dibolehkan menghilangkan pre-fix atau awalan. Misal: “India-Pakistan Memperebutkan Air”, diubah menjadi “India-Pakistan Perebutkan Air” atau “India-Pakistan Rebutan Air”. Penggunaan kata dasar (bukan kata berimbuhan) dalam judul, terasa lebih dinamis dan hidup. Tapi ingat, penghilangan prefix hanya berlaku dalam judul; tidak dalam lead (teras) dan body (isi).
Fungsi judul berita antara lain untuk menarik perhatian pembaca, menyimpulkan isi berita, membantu menentukan nada media/suratkabar, dan melukiskan mood berita.
Keterampilan yang diperlukan dalam menulis judul berita antara lain persepsi yang tepat mengenai berita, perbendaharaan kata yang luas dan dalam, dan pemahaman tajam tentang struktur kalimat.
Judul berita berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan –membacanya sampai tuntas. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/membuat-judul-berita/
JUDUL berita wajib menarik, wajib eyecatching (kalo wajib, tidak dilaksanakan dosa dong….! Ya, “dosa jurnalistik”!). Fungsi utama judul: (a) pemadatan isi berita sekaligus (b) mencerminkan isi berita. Judul juga harus sesuai dengan ruangan (space) yang tersedia. Keterbatasan ruangan itu memaksa penggunaan bahasa yang lebih singkat dan padat.
Agar baik dan menarik, “teorinya” begini. Pembuatan judul berita harus memenuhi ketentuan :
(a) diambil dari informasi di dekat bagian atas berita, bagian terpenting berita;
(b) dipilih kata-kata yang memenuhi ruangan yang tersedia;
(c) biasanya kata benda diikuti kata kerja, atau Subjek-Predikat, mubtada-khobar;
(d) hampir harus selalu ditulis dalam kalimat “kejadian sekarang” (present tense), hindari kata “telah” atau “sudah”, juga “akan”,
(e) nama seseorang hanya digunakan jika dia tokoh;
(f) hanya digunakan tanda kutip tunggal;
(g) umumnya penggunaan singkatan dihindari;
(h) jelas atau tidak samar,
(i) menggunakan kalimat aktif, e.q. Acara Dihadiri Presiden, ubah jadi: Presiden Hadiri Acara; serta
(j) hindari kalimat tanya. Masak, pembaca mau tahu informasi terbaru, malah ditanya! Kumaha….
Penulisan judul dibolehkan menghilangkan pre-fix atau awalan. Misal: “India-Pakistan Memperebutkan Air”, diubah menjadi “India-Pakistan Perebutkan Air” atau “India-Pakistan Rebutan Air”. Penggunaan kata dasar (bukan kata berimbuhan) dalam judul, terasa lebih dinamis dan hidup. Tapi ingat, penghilangan prefix hanya berlaku dalam judul; tidak dalam lead (teras) dan body (isi).
Fungsi judul berita antara lain untuk menarik perhatian pembaca, menyimpulkan isi berita, membantu menentukan nada media/suratkabar, dan melukiskan mood berita.
Keterampilan yang diperlukan dalam menulis judul berita antara lain persepsi yang tepat mengenai berita, perbendaharaan kata yang luas dan dalam, dan pemahaman tajam tentang struktur kalimat.
Judul berita berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan –membacanya sampai tuntas. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/membuat-judul-berita/
Label:
Penyusunan Karangan
Menulis Sehatkan Jasmani dan Rohani
By Romeltea
SUATU ketika Anda membaca berita atau artikel di suratkabar yang menurut Anda penuh kesalahan dan kepalsuan. Apakah Anda:
1. Merasa jengkel, lalu menceritakannya kepada teman-teman Anda dengan penuh kekesalan, umpatan, dan caci-maki?
2. Langsung menyalakan komputer dan menulis surat pembaca atau artikel tanggapan dan dikirimkan ke redaksi suratkabar tersebut, atau sekadar untuk dimuat di mading, buletin, atau majalah sekolah.
Jika jawaban Anda nomor 1, Anda hanya bisa “curhat” kepada teman-teman Anda yang tentu saja terbatas jumlahnya. Kalah banyak dengan jumlah pembaca suratkabar yang memuat berita/artikel tersebut. Anda belum melakukan “perlawanan” seimbang.
Jika jawaban Anda nomor 2, tindakan Anda tepat. Berarti Anda menggunakan Hak Jawab, yaitu hak pembaca, seseorang atau sekelompok orang, untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya, atau Hak Koreksi, yaitu adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. Kedua hak itu diberikan, dijamin, oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, sehingga media massa wajib memuat tanggapan atau koreksi pembaca itu.
Namun ada masalah. Ketika Anda tidak merasa puas dengan hanya merasa jengkel dan “curhat”, lalu mencoba langkah nomor 2, Anda tidak bisa menuliskan apa-apa. Yang ada di kepala, tiba-tiba hilang begitu Anda menatap monitor komputer Anda –tidak selancar ketika Anda berbicara dengan kawan-kawan Anda. Lalu, apa yang harus dilakukan?
PENGERTIAN MENULIS
Menulis (writing) itu bagian dari kegiatan kita sehari-hari. Ia adalah bagian dari komunikasi –selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking) —saat kita berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
Dengan demikian, menulis hakikatnya adalah komunikasi tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya. Hanya saja, menulis yang kita maksud di sini adalah menulis untuk dipublikasikan di media massa, seperti suratkabar, tabloid, majalah, atau menulis buku. Karena menulis di media massa ada “aturan main”-nya, maka ia butuh keahlian atau keterampilan khusus.
Tapi jangan dibayangkan menulis itu susah. Mudah kok, asalkan kita memang berniat, mood, benar-benar mau menulis atau menjadi penulis. Apalagi kalau “hanya” menulis untuk majalah sekolah, termasuk mading, wuah… gampang banget, asal ada niat aja.
Soalnya, isi mading biasanya tulisan ringan (feature), seperti tips, ‘curhat’, atau komentar tentang suatu masalah. Kalaupun Anda menulis masalah serius untuk mading, misalnya masalah politik, maka Anda tidak perlu menuliskannya seperti seorang pengamat yang menulis di suratkabar atau majalah. Tetap menggunakan gaya Anda, teenager style, yang biasanya “ceplas-ceplos” penuh kejujuran alias kepolosan dan tanpa beban.
Ketika Anda menulis di mading atau majalah sekolah, target pembacanya sangat jelas: teman Anda, sesama siswa. Dengan begitu, Anda tidak merasakan kesulitan untuk memilih gaya bahasa dan menuliskan istilah-istilah yang mereka kenal, wong Anda juga bagian dari mereka kok!
SEPERTI BERBICARA
Menulis itu seperti berbicara –menyampaikan sebuah pesan, bisa berupa informasi, pemikiran, ajakan, atau unek-unek. Yang dimaksud menulis dalam konteks pembahasan kita adalah menulis artikel, yakni sebuah tulisan yang berisi pendapat atau opini subjektif penulisnya tentang sebuah masalah atau peristiwa. Contohnya, terjadi bencana banjir (peristiwa). Penulis punya pendapat tentang peristiwa itu, lalu ia menuliskan pendapatnya tersebut, namun dengan dukungan data, fakta, bahkan teori banjir –misalnya penyebab banjir.
Sebuah artikel dapat dikembangkan menjadi sebuah buku, tinggal diluaskan cakupan bahasannya, juga lebih rinci, dan tambah data-data pendukung.
Menulis berbeda dengan mengarang. Penulis juga berbeda dengan pengarang. Menulis itu menyampaikan ide atau pendapat tentang suatu peristiwa atau masalah faktual (benar-benar terjadi) alias nonfiksi. Sedangkan mengarang adalah menyusun sebuah cerita karangan, fiktif, tidak faktual, seperti cerpen dan novel (karya sastra). Yang dituliskan adalah hasil lamunan, khayalan, fantasi, atau imaginasi pengarang.
FAIDAH MENULIS
Sebelum membicarakan kiat, cara, atau teknik menulis, kita simak dulu apa saja manfaat menulis. Mengetahui manfaat ini penting, mengingat ia akan menjadi motivasi yang kuat bagi diri kita untuk mulai dan terus menulis.
Manfaat menulis, baik sekadar menulis diary, menulis tanggapan di milis, bloger, atau media online, hingga menulis artikel ilmiah populer dan buku, antara lain sebagai berikut:
1. Self Expression. Menulis berarti mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan. Dijamin, “beban” yang ada dalam diri akan berkurang, serasa lepas, dengan menulis. Tulisan menjadi semacam sarana “curhat”. Apalagi jika kemudian tulisan itu dibaca dan ditanggapi orang lain. Anda akan merasa bahagia jika diperhatikan orang, bukan? Lagi pula, menurut sebuah penelitian, sumber kebahagiaan yang utama adalah ekspresi diri. Harta dan lainnya berada pada urutan berikutnya.
2. Self Image or Personal Branding. Dengan menulis, Anda akan membangun “citra diri” (self image) sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan berkualitas. Dengan menulis, orang akan mengetahui bahwa Anda orang yang berwawasan, punya pemikiran bagus, atau sebaliknya… picik dan bloon.
Tulisan Anda adalah “iklan” atau “promosi” tentang diri Anda kepada orang lain (personal branding). Anda akan memilki banyak fans atau supporter jika tulisan Anda memikat hati mereka. Anda pun akan menjadi orang populer, dikenal banyak orang.
3. Self Confident. Tulisan yang bagus akan membangun citra diri sang penulis yang pada gilirannya membangun kepercayaan dirinya (self confident). Orang yang suka menulis akan senantiasa menjadi perhatian dan menonjol dibandingkan yang lain. Jika orang memuji tulisan Anda, yakinlah kepercayaan diri Anda akan makin baik sekaligus memotivasi Anda untuk menulis lebih baik lagi.
3. Agent of Change. Dengan menulis, Anda bisa menjadi “agen perubahan”. Ide-ide yang dituangkan dalam tulisan dapat mempengaruhi pemikiran pembaca, membentuk opini publik (public opinion), dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide Anda. Andai RA Kartini tidak menulis surat kepada kawan-kawannya, dia tidak akan dijuluki “tokoh emansipasi wanita” atau orang tidak akan membicarakan hak-hak kaum wanita.
Tulisan bahkan memiliki kekuatan untuk menggulingkan sebuah rezim pemerintah, juga dapat mencegah perang, membangkitkan semangat hidup, menyelamatkan nyawa. Selain itu, dengan menulis, ilmu yang Anda miliki tersebar kepada banyak orang. Jadilah Anda seorang guru.
4. Sharing. Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis juga menjadi sarana berbagi pengalaman. Ini berarti, Anda menjadi “guru” bagi pembaca Anda. Bukankah sering dikatakan, pengalaman adalah guru terbaik? Pengalaman yang dituangkan dalam tulisan pasti mengandung hikmah (pelajaran).
5. Profit Making. Keuntungan finansial adalah bagian dari berkah menulis. Hampir semua media massa memberikan honor bagi penulisnya. Demikian pula penerbit buku yang memberikan royalti atau membeli naskah penulisnya. Anda bisa mencari nafkah dengan menulis, asalkan produktivitas menulis Anda tinggi atau memadai. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia, padahal semula ia hanya ingin menuliskan khayalan masa kecilnya.
6. Healthy Life. Menulis juga ternyata baik bagi kesehatan. Seorang penulis tersohor wanita, Fatima Mernissi, yakin bahwa setiap satu goresan tulisan dapat menghilangkan satu keriput di kantong mata. Menulis juga dapat mengencangkan kulit dan menyehatkan.
Seorang psikolog peneliti, James Pennebaker, Ph.D. mendukung keyakinan Mernissi. Pennebaker membuktikan, bahwa menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas) seseorang. Dari sample mahasiswa yang dia teliti didapatkan kunjungan ke klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang dilakukan setelah mereka menulis pun menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Dari hasil penelitiannya, sebagaimana dikutip dalam buku Quantum Writing (2006), Pennebaker menyimpulkan, menulis dapat menjernihkan pikiran, menghilangkan trauma, mendapatkan dan menggali informasi-informasi baru, membantu menyelesaikan masalah, dan membantu seseorang menulis ketika terpaksa harus menulis.
Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.
7. Trauma Healing. Terapi penyembuhan diri (trauma healing) antara lain merujuk pada Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist. Ia menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna!
8. Dakwah. Last but not least, menulis menjadi sarana dakwah, yakni da’wah bil qolam (dakwah dengan tulisan). Dengan tulisan, semua Muslim bisa menjadi jurudakwah, tanpa perlu malu, gugup, demam panggung, dan tanpa harus menjadi penceramah di atas mimbar. Menulis dalam konteks ini adalah dakwah tanpa mimbar. Hanya dengan mengutipkan sebuah ayat atau hadits di mading atau buletin, Anda sudah berdakwah. So, kibarkan panji Islam, sebarkan nilai-nilai Islam, dan lakukan ‘amar ma’ruf nahyi munkar, dengan tulisan! (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/14/menulis-sehatkan-jasmani-dan-rohani/
SUATU ketika Anda membaca berita atau artikel di suratkabar yang menurut Anda penuh kesalahan dan kepalsuan. Apakah Anda:
1. Merasa jengkel, lalu menceritakannya kepada teman-teman Anda dengan penuh kekesalan, umpatan, dan caci-maki?
2. Langsung menyalakan komputer dan menulis surat pembaca atau artikel tanggapan dan dikirimkan ke redaksi suratkabar tersebut, atau sekadar untuk dimuat di mading, buletin, atau majalah sekolah.
Jika jawaban Anda nomor 1, Anda hanya bisa “curhat” kepada teman-teman Anda yang tentu saja terbatas jumlahnya. Kalah banyak dengan jumlah pembaca suratkabar yang memuat berita/artikel tersebut. Anda belum melakukan “perlawanan” seimbang.
Jika jawaban Anda nomor 2, tindakan Anda tepat. Berarti Anda menggunakan Hak Jawab, yaitu hak pembaca, seseorang atau sekelompok orang, untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya, atau Hak Koreksi, yaitu adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. Kedua hak itu diberikan, dijamin, oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, sehingga media massa wajib memuat tanggapan atau koreksi pembaca itu.
Namun ada masalah. Ketika Anda tidak merasa puas dengan hanya merasa jengkel dan “curhat”, lalu mencoba langkah nomor 2, Anda tidak bisa menuliskan apa-apa. Yang ada di kepala, tiba-tiba hilang begitu Anda menatap monitor komputer Anda –tidak selancar ketika Anda berbicara dengan kawan-kawan Anda. Lalu, apa yang harus dilakukan?
PENGERTIAN MENULIS
Menulis (writing) itu bagian dari kegiatan kita sehari-hari. Ia adalah bagian dari komunikasi –selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking) —saat kita berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
Dengan demikian, menulis hakikatnya adalah komunikasi tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya. Hanya saja, menulis yang kita maksud di sini adalah menulis untuk dipublikasikan di media massa, seperti suratkabar, tabloid, majalah, atau menulis buku. Karena menulis di media massa ada “aturan main”-nya, maka ia butuh keahlian atau keterampilan khusus.
Tapi jangan dibayangkan menulis itu susah. Mudah kok, asalkan kita memang berniat, mood, benar-benar mau menulis atau menjadi penulis. Apalagi kalau “hanya” menulis untuk majalah sekolah, termasuk mading, wuah… gampang banget, asal ada niat aja.
Soalnya, isi mading biasanya tulisan ringan (feature), seperti tips, ‘curhat’, atau komentar tentang suatu masalah. Kalaupun Anda menulis masalah serius untuk mading, misalnya masalah politik, maka Anda tidak perlu menuliskannya seperti seorang pengamat yang menulis di suratkabar atau majalah. Tetap menggunakan gaya Anda, teenager style, yang biasanya “ceplas-ceplos” penuh kejujuran alias kepolosan dan tanpa beban.
Ketika Anda menulis di mading atau majalah sekolah, target pembacanya sangat jelas: teman Anda, sesama siswa. Dengan begitu, Anda tidak merasakan kesulitan untuk memilih gaya bahasa dan menuliskan istilah-istilah yang mereka kenal, wong Anda juga bagian dari mereka kok!
SEPERTI BERBICARA
Menulis itu seperti berbicara –menyampaikan sebuah pesan, bisa berupa informasi, pemikiran, ajakan, atau unek-unek. Yang dimaksud menulis dalam konteks pembahasan kita adalah menulis artikel, yakni sebuah tulisan yang berisi pendapat atau opini subjektif penulisnya tentang sebuah masalah atau peristiwa. Contohnya, terjadi bencana banjir (peristiwa). Penulis punya pendapat tentang peristiwa itu, lalu ia menuliskan pendapatnya tersebut, namun dengan dukungan data, fakta, bahkan teori banjir –misalnya penyebab banjir.
Sebuah artikel dapat dikembangkan menjadi sebuah buku, tinggal diluaskan cakupan bahasannya, juga lebih rinci, dan tambah data-data pendukung.
Menulis berbeda dengan mengarang. Penulis juga berbeda dengan pengarang. Menulis itu menyampaikan ide atau pendapat tentang suatu peristiwa atau masalah faktual (benar-benar terjadi) alias nonfiksi. Sedangkan mengarang adalah menyusun sebuah cerita karangan, fiktif, tidak faktual, seperti cerpen dan novel (karya sastra). Yang dituliskan adalah hasil lamunan, khayalan, fantasi, atau imaginasi pengarang.
FAIDAH MENULIS
Sebelum membicarakan kiat, cara, atau teknik menulis, kita simak dulu apa saja manfaat menulis. Mengetahui manfaat ini penting, mengingat ia akan menjadi motivasi yang kuat bagi diri kita untuk mulai dan terus menulis.
Manfaat menulis, baik sekadar menulis diary, menulis tanggapan di milis, bloger, atau media online, hingga menulis artikel ilmiah populer dan buku, antara lain sebagai berikut:
1. Self Expression. Menulis berarti mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keinginan. Dijamin, “beban” yang ada dalam diri akan berkurang, serasa lepas, dengan menulis. Tulisan menjadi semacam sarana “curhat”. Apalagi jika kemudian tulisan itu dibaca dan ditanggapi orang lain. Anda akan merasa bahagia jika diperhatikan orang, bukan? Lagi pula, menurut sebuah penelitian, sumber kebahagiaan yang utama adalah ekspresi diri. Harta dan lainnya berada pada urutan berikutnya.
2. Self Image or Personal Branding. Dengan menulis, Anda akan membangun “citra diri” (self image) sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan berkualitas. Dengan menulis, orang akan mengetahui bahwa Anda orang yang berwawasan, punya pemikiran bagus, atau sebaliknya… picik dan bloon.
Tulisan Anda adalah “iklan” atau “promosi” tentang diri Anda kepada orang lain (personal branding). Anda akan memilki banyak fans atau supporter jika tulisan Anda memikat hati mereka. Anda pun akan menjadi orang populer, dikenal banyak orang.
3. Self Confident. Tulisan yang bagus akan membangun citra diri sang penulis yang pada gilirannya membangun kepercayaan dirinya (self confident). Orang yang suka menulis akan senantiasa menjadi perhatian dan menonjol dibandingkan yang lain. Jika orang memuji tulisan Anda, yakinlah kepercayaan diri Anda akan makin baik sekaligus memotivasi Anda untuk menulis lebih baik lagi.
3. Agent of Change. Dengan menulis, Anda bisa menjadi “agen perubahan”. Ide-ide yang dituangkan dalam tulisan dapat mempengaruhi pemikiran pembaca, membentuk opini publik (public opinion), dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide Anda. Andai RA Kartini tidak menulis surat kepada kawan-kawannya, dia tidak akan dijuluki “tokoh emansipasi wanita” atau orang tidak akan membicarakan hak-hak kaum wanita.
Tulisan bahkan memiliki kekuatan untuk menggulingkan sebuah rezim pemerintah, juga dapat mencegah perang, membangkitkan semangat hidup, menyelamatkan nyawa. Selain itu, dengan menulis, ilmu yang Anda miliki tersebar kepada banyak orang. Jadilah Anda seorang guru.
4. Sharing. Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis juga menjadi sarana berbagi pengalaman. Ini berarti, Anda menjadi “guru” bagi pembaca Anda. Bukankah sering dikatakan, pengalaman adalah guru terbaik? Pengalaman yang dituangkan dalam tulisan pasti mengandung hikmah (pelajaran).
5. Profit Making. Keuntungan finansial adalah bagian dari berkah menulis. Hampir semua media massa memberikan honor bagi penulisnya. Demikian pula penerbit buku yang memberikan royalti atau membeli naskah penulisnya. Anda bisa mencari nafkah dengan menulis, asalkan produktivitas menulis Anda tinggi atau memadai. JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter akan mendunia, padahal semula ia hanya ingin menuliskan khayalan masa kecilnya.
6. Healthy Life. Menulis juga ternyata baik bagi kesehatan. Seorang penulis tersohor wanita, Fatima Mernissi, yakin bahwa setiap satu goresan tulisan dapat menghilangkan satu keriput di kantong mata. Menulis juga dapat mengencangkan kulit dan menyehatkan.
Seorang psikolog peneliti, James Pennebaker, Ph.D. mendukung keyakinan Mernissi. Pennebaker membuktikan, bahwa menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas) seseorang. Dari sample mahasiswa yang dia teliti didapatkan kunjungan ke klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang dilakukan setelah mereka menulis pun menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
Dari hasil penelitiannya, sebagaimana dikutip dalam buku Quantum Writing (2006), Pennebaker menyimpulkan, menulis dapat menjernihkan pikiran, menghilangkan trauma, mendapatkan dan menggali informasi-informasi baru, membantu menyelesaikan masalah, dan membantu seseorang menulis ketika terpaksa harus menulis.
Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik.
7. Trauma Healing. Terapi penyembuhan diri (trauma healing) antara lain merujuk pada Paulo Coelho yang dalam novel The Al Chemist. Ia menyarankan agar kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang mengganggu dalam selembar kertas dan melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau kekuatiran akan sirna!
8. Dakwah. Last but not least, menulis menjadi sarana dakwah, yakni da’wah bil qolam (dakwah dengan tulisan). Dengan tulisan, semua Muslim bisa menjadi jurudakwah, tanpa perlu malu, gugup, demam panggung, dan tanpa harus menjadi penceramah di atas mimbar. Menulis dalam konteks ini adalah dakwah tanpa mimbar. Hanya dengan mengutipkan sebuah ayat atau hadits di mading atau buletin, Anda sudah berdakwah. So, kibarkan panji Islam, sebarkan nilai-nilai Islam, dan lakukan ‘amar ma’ruf nahyi munkar, dengan tulisan! (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/14/menulis-sehatkan-jasmani-dan-rohani/
Label:
Pengembangan Diri
Pers Kampus: Elite Papers, Media Komunikas Mahasiswa
Oleh Romeltea
Pers Kampus adalah berkala yang diterbitkan oleh mahasiswa untuk mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Karenanya, Pers Kampus sering pula disebut “Pers Mahasiswa”.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, Pers Kampus dinamakan Student Newspapers (Suratkabar atau Koran Mahasiswa) atau Student Publications (Penerbitan Mahasiswa), bukan Campus Press karena istilah Pers Kampus sebenarnya mencakup berbagai penerbitan yang ada di lingkungan kampus, seperti majalah ilmiah yang diterbitkan pihak universitas atau fakultas, buku-buku teks, dan diktat materi perkuliahan.
Di Indonesia, yang dimaksud Pers Kampus adalah media massa yang dikelola oleh mahasiswa di sebuah kampus perguruan tinggi, baik berupa majalah, jurnal, buletin, maupun suratkabar. Pangsa pasarnya atau target pembacanya adalah kalangan mahasiswa juga.
Sayangnya, sejauh ini belum muncul sebuah produk Pers Kampus yang bermutu baik sehingga dijadikan “bacaan wajib” para mahasiswanya dan menjadi rujukan orang luar kampus jika ingin mengetahui perkembangan dan dinamika sebuah kampus perguruan tinggi. Penyebabnya, banyak pengelola Pers Kampus yang belum memahami hakikat medianya yang elitis, pembacanya yang relatif homogen (mahasiswa), dan dapat menjadi “humas” kampusnya dalam berinteraksi dengan dunia luar kampus.
Karena itu, untuk dapat mengelola sebuah Pers Kampus, mutlak diperlukan pemahaman tentang hakikat Pers Kampus itu sendiri yang berbeda dengan pers umum (non-kampus).
KARAKTERISTIK
Karena lahir dari mahasiswa, dikelola oleh mahasiswa, dan target utama pembacanya mahasiswa juga, maka karakteristik utama Pers Kampus adalah elitis. Tegasnya, Pers Kampus masuk kategori Elite Papers. Visi, misi, dan isinya ditujukan untuk kepentingan mahasiswa juga atau seluruh sivitas akademika, jangan diarahkan menjadi pers umum.
Profil mahasiswa sebagai kaum intelektual harus tercermin dalam Pers Kampus, yakni ilmiah, objektif, rasional, kritis, dan tidak menjadi koran gosip (gossip journalism) apalagi berwujud koran kuning (gutter journalism, yellow papers).
Pers Kampus juga harus mampu mencerminkan sosok mahasiswa sebagai agent of change dan bebas dari vested interest pihak tertentu.
Pakar jurnalistik dari Universitas Stanford, William L. Rivers, sebagaimana dikutip Assegaf (1985:104), mengemukakan karakteristik ideal sebuah Pers Kampus sebagai berikut:
1. Harus mengikuti pendekatan jurnalistik yang serius (must be approached as a serious work of journalism).
2. Harus berisikan kejadian-kejadian yang bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya (It should report and explain newsworthly events in the life of the institution).
3. Harus menjadi wadah bagi penyaluran ekspresi mahasiswa (provide medium for student expression).
4. Haruslah mampu menjadi pers yang diperlukan oleh komunitas kampusnya (It should make itself indispensable to the school community).
5. Tidak boleh menjadi alat klik atau permainan yang memuaskan kelompok kecil di kampus (It can’t be a clique operation a toy for the amusement of a small group).
6. Harus dapat memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi (Serve the purpose of mass communications).
ISI PERS KAMPUS
Dari karakteristik tadi, dapat disimpulkan, Pers Kampus harus lebih tinggi derajatnya ketimbang pers biasa (umum) dan benar-benar beguna bagi lingkungannya. Agar berguna dan dibutuhkan, maka Pers Kampus haruslah mampu memenuhi rasa ingin tahu (curiousity) mahasiswa yang menjadi pembacanya.
Tegasnya, isi Pers Kampus harus menyangkut kepentingan civitas akademika, utamanya mahasiswa, misalnya tentang:
1. Perkembangan sains dan teknologi.
2. Sistem pendidikan baru,
3. Penelitian.
4. Sumber dana penelitian.
5. Beasiswa.
6. Kehidupan sekitar kampus atau mahasiswa (Assegaf, 1985:105).
Ok, kawan, selamat berjuang! Jadikan pers kampus sebagai pers janganan tanpa melupakan “kodratnya” sebagai media pembelajaran dan penunjang perkuliahan. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/pers-kampus-elite-papers-media-komunikas-mahasiswa/
Pers Kampus adalah berkala yang diterbitkan oleh mahasiswa untuk mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Karenanya, Pers Kampus sering pula disebut “Pers Mahasiswa”.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, Pers Kampus dinamakan Student Newspapers (Suratkabar atau Koran Mahasiswa) atau Student Publications (Penerbitan Mahasiswa), bukan Campus Press karena istilah Pers Kampus sebenarnya mencakup berbagai penerbitan yang ada di lingkungan kampus, seperti majalah ilmiah yang diterbitkan pihak universitas atau fakultas, buku-buku teks, dan diktat materi perkuliahan.
Di Indonesia, yang dimaksud Pers Kampus adalah media massa yang dikelola oleh mahasiswa di sebuah kampus perguruan tinggi, baik berupa majalah, jurnal, buletin, maupun suratkabar. Pangsa pasarnya atau target pembacanya adalah kalangan mahasiswa juga.
Sayangnya, sejauh ini belum muncul sebuah produk Pers Kampus yang bermutu baik sehingga dijadikan “bacaan wajib” para mahasiswanya dan menjadi rujukan orang luar kampus jika ingin mengetahui perkembangan dan dinamika sebuah kampus perguruan tinggi. Penyebabnya, banyak pengelola Pers Kampus yang belum memahami hakikat medianya yang elitis, pembacanya yang relatif homogen (mahasiswa), dan dapat menjadi “humas” kampusnya dalam berinteraksi dengan dunia luar kampus.
Karena itu, untuk dapat mengelola sebuah Pers Kampus, mutlak diperlukan pemahaman tentang hakikat Pers Kampus itu sendiri yang berbeda dengan pers umum (non-kampus).
KARAKTERISTIK
Karena lahir dari mahasiswa, dikelola oleh mahasiswa, dan target utama pembacanya mahasiswa juga, maka karakteristik utama Pers Kampus adalah elitis. Tegasnya, Pers Kampus masuk kategori Elite Papers. Visi, misi, dan isinya ditujukan untuk kepentingan mahasiswa juga atau seluruh sivitas akademika, jangan diarahkan menjadi pers umum.
Profil mahasiswa sebagai kaum intelektual harus tercermin dalam Pers Kampus, yakni ilmiah, objektif, rasional, kritis, dan tidak menjadi koran gosip (gossip journalism) apalagi berwujud koran kuning (gutter journalism, yellow papers).
Pers Kampus juga harus mampu mencerminkan sosok mahasiswa sebagai agent of change dan bebas dari vested interest pihak tertentu.
Pakar jurnalistik dari Universitas Stanford, William L. Rivers, sebagaimana dikutip Assegaf (1985:104), mengemukakan karakteristik ideal sebuah Pers Kampus sebagai berikut:
1. Harus mengikuti pendekatan jurnalistik yang serius (must be approached as a serious work of journalism).
2. Harus berisikan kejadian-kejadian yang bernilai berita bagi lembaga dan kehidupannya (It should report and explain newsworthly events in the life of the institution).
3. Harus menjadi wadah bagi penyaluran ekspresi mahasiswa (provide medium for student expression).
4. Haruslah mampu menjadi pers yang diperlukan oleh komunitas kampusnya (It should make itself indispensable to the school community).
5. Tidak boleh menjadi alat klik atau permainan yang memuaskan kelompok kecil di kampus (It can’t be a clique operation a toy for the amusement of a small group).
6. Harus dapat memenuhi fungsinya sebagai media komunikasi (Serve the purpose of mass communications).
ISI PERS KAMPUS
Dari karakteristik tadi, dapat disimpulkan, Pers Kampus harus lebih tinggi derajatnya ketimbang pers biasa (umum) dan benar-benar beguna bagi lingkungannya. Agar berguna dan dibutuhkan, maka Pers Kampus haruslah mampu memenuhi rasa ingin tahu (curiousity) mahasiswa yang menjadi pembacanya.
Tegasnya, isi Pers Kampus harus menyangkut kepentingan civitas akademika, utamanya mahasiswa, misalnya tentang:
1. Perkembangan sains dan teknologi.
2. Sistem pendidikan baru,
3. Penelitian.
4. Sumber dana penelitian.
5. Beasiswa.
6. Kehidupan sekitar kampus atau mahasiswa (Assegaf, 1985:105).
Ok, kawan, selamat berjuang! Jadikan pers kampus sebagai pers janganan tanpa melupakan “kodratnya” sebagai media pembelajaran dan penunjang perkuliahan. Wasalam. (www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/pers-kampus-elite-papers-media-komunikas-mahasiswa/
Label:
Penyusunan Karangan
The Power of Editing: Teknik Menyunting Naskah
Oleh Romeltea
DI balik sebuah tulisan yang enak dibaca terdapat editor (redaktur) yang hebat. Di balik buku best seller pastilah ada editor yang hebat pula. Ringkasnya, tidak ada penulis yang bisa bekerja tanpa editor yang baik. “No writer can work without a good editor”.
Editor adalah orang yang bekerja di belakang layar. Dia menyeleksi dan memperbaiki naskah sebelum dipublikasikan. Di media massa, editor adalah hatinurani media, menyelaraskan sebuah naskah dengan visi, misi, dan rubrikasi media. Secara teknis, ia tegas dalam penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
Editing adalah pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca.
“No writer can work without a good editor,” kata Gorney kepada Roy Peter Clark dalam “Best Newspaper Writing 1980.” “And I don’t think a great writer can work without a great editor. First of all, great editors are few and far between,” tegasnya sebagaimana dikutip Chip Scanlan dalam “The Power of Editing” (Poynteronline/Poynter Institute).
Editing efektif membutuhkan intelijensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna membantu penulis dalam mencapai tujuannya.
DESKRIPSI KERJA
Tugas editor adalah editing –mengedit, menyunting, yakni proses penentuan, seleksi, dan perbaikan (koreksi) naskah yang akan dimuat atau dipublikasikan.
Di media massa, editing adalah tugas redaktur. Dalam proses penulisan naskah berita, editing merupakan bagian dari aktivitas pengolahan hasil liputan (news processing) setelah melewati tahap news planning (perencanaan berita), news gathering (peluputan peristiwa di lapangan), dan news writing (penulisan bahan-bahan berita menjadi sebuah tulisan berita).
TUJUAN EDITING
1. Memperbaiki struktur kalimat yang ruwet agar lebih lancar dan komunikatif,
2. Menjaga agar isi naskah dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan visi
dan misi redaksi, serta menarik perhatian pembaca/audience.
3. Menyesuaikan naskah dengan gaya media bersangkutan, standar bahasa
serta kelayakan naik cetak (fit to print) atau kelayakan siar (fit to broadcast).
DETIL EDITING: TEKNIS
1. Mencari kesalahan-kesalahan faktual dan memperbaikinya, di antaranya kekeliruan salah tulis tentang nama, jabatan, gelar, tanggal peristiwa, nama tempat, alamat, dan sebagainya.
2. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca.
3. Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
4. Mengetatkan tulisan atau menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia, termasuk membuang atau memotong (cutting) paragraf yang tidak penting.
5. Mengganti kata atau istilah yang tidak memenuhi prinsip ekonomi kata.
6. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul (subjudul), di mana diperlukan.
7. Menulis atau menentukan judul dan lead atau teras berita jika dipandang perlu.
8. Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption (keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan cerita yang disunting itu.
DETIL EDITING: NON-TEKNIS
1. Memperhatikan apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual, penting, dan menarik.
2. Meneliti apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran (fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both side). Jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
3. Memperhatikan apakah opini, interpretasi, atau penilaian wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan.
4. Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah naskah.
5. Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad taste).
6. Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya hidup para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat umum tersebut.
7. Memperbaiki tulisan opini (artikel) dengan segala upaya tanpa merusak cara penulisnya menyatakan pendapatnya. Karenanya, redaktur harus membaca lebih dahulu seluruh cerita/naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang berusa dikatakan oleh si penulis.
8. Menjaga masuknya iklan terselubung sebagai berita.
Dengan demikian, editing tidaklah semata-mata memotong (cutting) naskah agar sesuai atau pas dengan kolom yang tersedia, akan tetapi juga membuat naskah enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Ia mengubah redaksional naskah tanpa mengubah makna atau substansinya. Jika perlu, editor melakukan penulisan ulang (rewriting).
KELENGKAPAN EDITOR
1. Style Book –buku pedoman gaya bahasa khas media tempat editor bekerja.
2. Kamus Bahasa.
3. Kamus singkatan (akronim).
4. Peta.
5. Buku biografi tentang tokoh-tokoh ternama.
6. Ensiklopedi.
7. Buku telefon.
8. Buku atau koleksi ucapan atau pepatah terkenal.
SYARAT EDITOR
Dikemukakan mantan Pemimpin Redaksi Harian Times London, Harold Evans, dalam buku Newsman’s English:
1. Berwawasan luas
2. Berkepala dingin
3. Sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit tanpa menderita perasaan tertekan
4. Cermat, hati-hati, tekun
5. Tegas
6. Melihat dari sudut pandang pembaca.
REFERENSI: Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan, Baticpress Bandung, Cet. III, 2003; “Editing”, Http://www.ku.edu; Chip Scanlan, “The Power of Editing”, The Poynter Institute/Poynteronline. (Copyrights © ASM. Romli. Http://www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/20/the-power-of-editing-teknik-menyunting-naskah/
DI balik sebuah tulisan yang enak dibaca terdapat editor (redaktur) yang hebat. Di balik buku best seller pastilah ada editor yang hebat pula. Ringkasnya, tidak ada penulis yang bisa bekerja tanpa editor yang baik. “No writer can work without a good editor”.
Editor adalah orang yang bekerja di belakang layar. Dia menyeleksi dan memperbaiki naskah sebelum dipublikasikan. Di media massa, editor adalah hatinurani media, menyelaraskan sebuah naskah dengan visi, misi, dan rubrikasi media. Secara teknis, ia tegas dalam penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
Editing adalah pekerjaan intelektual dan teknis. Intelektual karena ia membutuhkan wawasan memadai untuk validasi fakta dalam sebuah naskah. Teknis karena ia membutuhkan kecermatan dalam pilihan kata, kalimat, dan tanda baca. Dengan intelektualitas dan kemampuan teknis, editor menjadikan sebuah naskah menjadi hebat, layak siar, layak muat, enak dibaca, serta mudah dicerna pembaca.
“No writer can work without a good editor,” kata Gorney kepada Roy Peter Clark dalam “Best Newspaper Writing 1980.” “And I don’t think a great writer can work without a great editor. First of all, great editors are few and far between,” tegasnya sebagaimana dikutip Chip Scanlan dalam “The Power of Editing” (Poynteronline/Poynter Institute).
Editing efektif membutuhkan intelijensia, empati, fleksibilitas, kepercayaan diri, kemauan untuk bereksperimen, ketajaman, ketelitian, kesabaran, guna membantu penulis dalam mencapai tujuannya.
DESKRIPSI KERJA
Tugas editor adalah editing –mengedit, menyunting, yakni proses penentuan, seleksi, dan perbaikan (koreksi) naskah yang akan dimuat atau dipublikasikan.
Di media massa, editing adalah tugas redaktur. Dalam proses penulisan naskah berita, editing merupakan bagian dari aktivitas pengolahan hasil liputan (news processing) setelah melewati tahap news planning (perencanaan berita), news gathering (peluputan peristiwa di lapangan), dan news writing (penulisan bahan-bahan berita menjadi sebuah tulisan berita).
TUJUAN EDITING
1. Memperbaiki struktur kalimat yang ruwet agar lebih lancar dan komunikatif,
2. Menjaga agar isi naskah dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan visi
dan misi redaksi, serta menarik perhatian pembaca/audience.
3. Menyesuaikan naskah dengan gaya media bersangkutan, standar bahasa
serta kelayakan naik cetak (fit to print) atau kelayakan siar (fit to broadcast).
DETIL EDITING: TEKNIS
1. Mencari kesalahan-kesalahan faktual dan memperbaikinya, di antaranya kekeliruan salah tulis tentang nama, jabatan, gelar, tanggal peristiwa, nama tempat, alamat, dan sebagainya.
2. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca.
3. Tegas dalam hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul, dsb.
4. Mengetatkan tulisan atau menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia, termasuk membuang atau memotong (cutting) paragraf yang tidak penting.
5. Mengganti kata atau istilah yang tidak memenuhi prinsip ekonomi kata.
6. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul (subjudul), di mana diperlukan.
7. Menulis atau menentukan judul dan lead atau teras berita jika dipandang perlu.
8. Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption (keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan cerita yang disunting itu.
DETIL EDITING: NON-TEKNIS
1. Memperhatikan apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual, penting, dan menarik.
2. Meneliti apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran (fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both side). Jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
3. Memperhatikan apakah opini, interpretasi, atau penilaian wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan.
4. Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah naskah.
5. Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad taste).
6. Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya hidup para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat umum tersebut.
7. Memperbaiki tulisan opini (artikel) dengan segala upaya tanpa merusak cara penulisnya menyatakan pendapatnya. Karenanya, redaktur harus membaca lebih dahulu seluruh cerita/naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang berusa dikatakan oleh si penulis.
8. Menjaga masuknya iklan terselubung sebagai berita.
Dengan demikian, editing tidaklah semata-mata memotong (cutting) naskah agar sesuai atau pas dengan kolom yang tersedia, akan tetapi juga membuat naskah enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Ia mengubah redaksional naskah tanpa mengubah makna atau substansinya. Jika perlu, editor melakukan penulisan ulang (rewriting).
KELENGKAPAN EDITOR
1. Style Book –buku pedoman gaya bahasa khas media tempat editor bekerja.
2. Kamus Bahasa.
3. Kamus singkatan (akronim).
4. Peta.
5. Buku biografi tentang tokoh-tokoh ternama.
6. Ensiklopedi.
7. Buku telefon.
8. Buku atau koleksi ucapan atau pepatah terkenal.
SYARAT EDITOR
Dikemukakan mantan Pemimpin Redaksi Harian Times London, Harold Evans, dalam buku Newsman’s English:
1. Berwawasan luas
2. Berkepala dingin
3. Sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit tanpa menderita perasaan tertekan
4. Cermat, hati-hati, tekun
5. Tegas
6. Melihat dari sudut pandang pembaca.
REFERENSI: Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan, Baticpress Bandung, Cet. III, 2003; “Editing”, Http://www.ku.edu; Chip Scanlan, “The Power of Editing”, The Poynter Institute/Poynteronline. (Copyrights © ASM. Romli. Http://www.romeltea.com).*
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/20/the-power-of-editing-teknik-menyunting-naskah/
Label:
Penyusunan Karangan
Sejarah Jurnalistik: Asal-Usul
Oleh Romeltea
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/09/10/sejarah-jurnalistik-asal-usul/
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/09/10/sejarah-jurnalistik-asal-usul/
Label:
Penyusunan Karangan
Enam Jurus Menulis Artikel
Oleh Romeltea
Kunci sukses menulis itu niat, motivasi, lalu latihan. Niat itulah yang memunculkan mood menulis. Wadah latihan menulis antara lain blog. Buat blog, lalu tulis apa saja yang penting sekiranya bermanfaat bagi orang lain. Ingat, nulis di blog jangan sama bener sama nulis di buku harian. ‘Cause, blog tu kan dibaca orang. Jadi, tulislah apa pun dengan kesadaran tulisan Anda dikonsumsi publik. Di blog, kita berkomunikasi tulisan dengan publik. Komunikasi massa juga, namun sifatnya personal.
Ringkasan teknis menulis atau cara cepat menulis itu sebagai berikut.
1. Temukan ide, tema, lalu buatlah judul sementara.
2. Kembangkan ide/tema dengan baca referensi sebanyak mungkin. Mandeg saat menulis? Pati kurang referensi atau bahan ‘kan?
3. Buat outline, garis besar tulisan, lalu simpan.
4. Lupan sejenak outline, tulis saja apa yang mau disampaikan dalam tulisan itu. Tulis saja apa yang ada di hati/pikiran soal tema tersebut. Bebas, abaikan dulu data akurat dan ejaan, nulis saja lah. Just write! Free writing! Do it as rapidly as you can!
5. Tulis ulang. A good writer is also good rewriter. Rapikan konten/isi tulisan dan sesuaikan dengan outline.
6. Edit, rapikan redaksional tulisan –ejaan, kalimat, tanda baca. Pastikan tiap penulisan kata sudah benar, penulisannya juga udah esuai dengan EYD, bermakna, dan tiap kalimat logis. Wis, gitu deh…
Masih bingung? Coba latih kemampuan menulis Anda dengan menjawab secara tertulis pertanyaan di bawah ini;
1. Mau nulis apa, sebutkan tema!
2. Soal apanya? Sempitkan tu tema!
3. Kenapa milih tema itu? Emangnya aktual? Penting? Tulis alasannya.
4. Truz…. Apa yang mau dikemukakan? Pendapat Anda tentang hal itu bagaimana? (Mau ngutip pendapat orang? Boleh… sebutkan sumbernya!).
5. Udah kan….? Gampang kok! Peserta kedua diklat menulis yang saya ceritakan di atas udah membuktikannya, nulis itu gampang kok, asal niat! Benar kan pak. bu, akang, teteh?
Struktur artikel di media massa: judul, nama penulis, intro/pembuka, bridge/penghubung antara intro dan bahasan, lalu bahasan (biasanya per subjudul, 2-3 tiga subjudul, biar fokus, and finally penutup/kesimpulan. Info lengkapnya baca lagi deh: “Faidah dan Kaifiyah Menulis”. Cari aja di search engine, ada kok.
Tulisan untuk media massa, jangan gunakan gaya menulis blog kayak saya nulis ini, tapi gunakan bahasa tulisan, bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku bersadarkan Pancasila dan UUD ’45 (?). Wasalam.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/enam-jurus-menulis-artikel/
Kunci sukses menulis itu niat, motivasi, lalu latihan. Niat itulah yang memunculkan mood menulis. Wadah latihan menulis antara lain blog. Buat blog, lalu tulis apa saja yang penting sekiranya bermanfaat bagi orang lain. Ingat, nulis di blog jangan sama bener sama nulis di buku harian. ‘Cause, blog tu kan dibaca orang. Jadi, tulislah apa pun dengan kesadaran tulisan Anda dikonsumsi publik. Di blog, kita berkomunikasi tulisan dengan publik. Komunikasi massa juga, namun sifatnya personal.
Ringkasan teknis menulis atau cara cepat menulis itu sebagai berikut.
1. Temukan ide, tema, lalu buatlah judul sementara.
2. Kembangkan ide/tema dengan baca referensi sebanyak mungkin. Mandeg saat menulis? Pati kurang referensi atau bahan ‘kan?
3. Buat outline, garis besar tulisan, lalu simpan.
4. Lupan sejenak outline, tulis saja apa yang mau disampaikan dalam tulisan itu. Tulis saja apa yang ada di hati/pikiran soal tema tersebut. Bebas, abaikan dulu data akurat dan ejaan, nulis saja lah. Just write! Free writing! Do it as rapidly as you can!
5. Tulis ulang. A good writer is also good rewriter. Rapikan konten/isi tulisan dan sesuaikan dengan outline.
6. Edit, rapikan redaksional tulisan –ejaan, kalimat, tanda baca. Pastikan tiap penulisan kata sudah benar, penulisannya juga udah esuai dengan EYD, bermakna, dan tiap kalimat logis. Wis, gitu deh…
Masih bingung? Coba latih kemampuan menulis Anda dengan menjawab secara tertulis pertanyaan di bawah ini;
1. Mau nulis apa, sebutkan tema!
2. Soal apanya? Sempitkan tu tema!
3. Kenapa milih tema itu? Emangnya aktual? Penting? Tulis alasannya.
4. Truz…. Apa yang mau dikemukakan? Pendapat Anda tentang hal itu bagaimana? (Mau ngutip pendapat orang? Boleh… sebutkan sumbernya!).
5. Udah kan….? Gampang kok! Peserta kedua diklat menulis yang saya ceritakan di atas udah membuktikannya, nulis itu gampang kok, asal niat! Benar kan pak. bu, akang, teteh?
Struktur artikel di media massa: judul, nama penulis, intro/pembuka, bridge/penghubung antara intro dan bahasan, lalu bahasan (biasanya per subjudul, 2-3 tiga subjudul, biar fokus, and finally penutup/kesimpulan. Info lengkapnya baca lagi deh: “Faidah dan Kaifiyah Menulis”. Cari aja di search engine, ada kok.
Tulisan untuk media massa, jangan gunakan gaya menulis blog kayak saya nulis ini, tapi gunakan bahasa tulisan, bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku bersadarkan Pancasila dan UUD ’45 (?). Wasalam.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/12/enam-jurus-menulis-artikel/
Label:
Penyusunan Karangan
Pengertian Bahasa Jurnalistik
Oleh Romel
Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.
Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).
Rosihan Anwar : Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
S. Wojowasito : Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikiantuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.
JS Badudu: bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar.
Asep Syamsul M. Romli : Bahasa Jurnalistik/Language of mass communication. Bahasa yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa. Sifatnya : (1) komunikatif, yakni langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan (straight to the point), tidak berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi. Serta (2) spesifik, yakni jelas atau mudah dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan yang disempurnakan), dan kalimatnya singkat-singkat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005): Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya — ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra.
Dewabrata: Penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
Kutipan dari Romeltea di category/bahasa-jurnalistik/
Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.
Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.
Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).
Rosihan Anwar : Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu : singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
S. Wojowasito : Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikiantuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.
JS Badudu: bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar.
Asep Syamsul M. Romli : Bahasa Jurnalistik/Language of mass communication. Bahasa yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa. Sifatnya : (1) komunikatif, yakni langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan (straight to the point), tidak berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi. Serta (2) spesifik, yakni jelas atau mudah dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan yang disempurnakan), dan kalimatnya singkat-singkat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia(2005): Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya — ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa ilmiah, dan ragam bahasa sastra.
Dewabrata: Penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-hari; tidak menggunakan susunan yang kaku formal dan sulit dicerna. Susunan kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
Kutipan dari Romeltea di category/bahasa-jurnalistik/
Label:
Penyusunan Karangan
Adsense Indonesia untuk Blogger
By Romel
Setelah berbagi soal sejarah dan dinamika blog yang tentu masih akan terus berkembang, kini saya berbagi dengan Anda soal Adsense dan Program Afiliasai –setahu saya sebagai “new comer” tentunya.
AdSense adalah program kerjasama periklanan melalui media internet (website atau blog). Dengan adanya program ini, ngeblog tentu jadi bisa menghasilkan uang. Tugas kita cukup memasangnya di blog kita, lalu tentu harus mengupdate dan membuat blog kita semenarik mungkin biar banyak menyedot pengunjung.
Adsense terpopuler yang diselenggarakan oleh Google, Google Adsense. Sayang, layanan adsense untuk blog bahasa Indonesia belum secara remi disediakan. Alternatifnya, blogger Indonesia bisa memasang Adsense Indonesia, seperti kumpulblogger, ppcindo, ppcinbox, atau Adsense Camp sebagaimana bisa dilihat dan diklik di sidebar kanan di blog ini (kalo mau ikut gabung, tinggal klik aja tuh…).
Selain Adsense, untuk menjadikan blog “mengundang uang” adalah dengan ikut program afiliasi (affiliate program), seperti ziddu, shvoong, depositefiles, 000webhost, freedomain co.cc, dan banyak lagi. Adsense kumpulblogger dan Adsense Camp juga menyediakan program referralnya.
Anda yang mau ikut Program Adsense & Affiliate, dapat langsung nge-klik link-link di bawah ini untuk daftar, gratis!
* Daftar Adsense Camp
* Daftar Kumpulblogger
* Daftar Afiliasi 000webhost
* Daftar Afiliasi Shvoong
* Daftar Afiliasi Freedomain Co.Cc
* Daftar Afiliasi Deposite File
* Daftar Ziddu
* Daftar Adsense-Indonesia Ppcinbox
Cara Kerja
Melalui program periklanan AdSense, pemilik situs web atau blog yang telah mendaftar dan disetujui keanggotaannya diperbolehkan memasang unit iklan yang bentuk dan materinya telah ditentukan oleh Google di halaman web mereka. Pemilik situs web atau blog akan mendapatkan pemasukan berupa pembagian keuntungan dari Google untuk setiap iklan yang diklik oleh pengunjung situs, yang dikenal sebagai sistem pay per click (ppc) atau bayar per klik.
Selain menyediakan iklan-iklan dengan sistem bayar per klik, Google AdSense juga menyediakan AdSense untuk pencarian (AdSense for Search) dan iklan arahan (Referral). Pada AdSense untuk pencarian, pemilik situs web dapat memasang kotak pencarian Google di halaman web mereka. Pemilik situs akan mendapatkan pemasukan dari Google untuk setiap pencarian yang dilakukan pengunjung melalui kotak pencarian tersebut, yang berlanjut dengan klik pada iklan yang disertakan pada hasil pencarian.
Pada iklan arahan, pemilik situs akan menerima pemasukan setelah klik pada iklan berlanjut dengan tindakan tertentu oleh pengunjung yang telah disepakati antara Google dengan pemasang iklan tersebut.
Istilah dalam AdSense
* Publisher: Publisher adalah orang atau pemilik situs yang sudah bergabung dan memasang iklan AdSense di situs mereka.
* Ad Units : Yang dimaksud dengan Ad Units adalah iklan AdSense itu sendiri. Ad Units terdiri dari beberapa jenis dan ukuran. Yang paling umum adalah jenis iklan teks. Pada saat pengunjung mengklik unit iklan ini, maka (jika sah) pemasang iklan akan mendapatkan pemasukan sesuai dengan nilai CPC-nya.
* Link Units : Link Units hampir sama dengan Ad Units, hanya saja formatnya mirip dengan format menu yang biasa kita temui di situs-situs web. Yang membedakan Link Units dengan Ad Units adalah pada saat pengunjung meng-klik iklan ini, maka ia akan diarahkan pada halaman hasil pencarian di search engine Google. Publisher baru akan mendapatkan pemasukan apabila pengunjung mengklik salah satu Ad Unit yang ada di halaman tersebut. Pada prakteknya, Link Units terbukti menghasilkan pemasukan lebih banyak dibandingkan Ad Units biasa.
* AdSense for Content: AdSense for Content adalah iklan AdSense yang dipasang di dalam suatu halaman. Iklan-iklan yang muncul adalah iklan-iklan yang berhubungan dengan isi halaman tersebut. Atau istilahnya menggunakan konsep kontekstual. Ad Units dan Link Units adalah yang termasuk dalam AdSense for Content ini.
* Alternate Ads : Pada AdSense for Content, iklan tidak selalu muncul. Sebabnya antara lain bisa karena memang stok iklan yang berhubungan dengan isi situs sudah habis atau Google tidak dapat memperkirakan apa isi situs itu sebenarnya. Jika ini terjadi, secara default, yang ditampilkan adalah iklan layanan masyarakat atau sering dikenal dengan istilah PSA (Public Service Ads). Karena bertipe donasi, maka jika diklik, iklan ini tidak menghasilkan apa-apa bagi publisher. Untuk mengatasinya, Google memperbolehkan kita untuk memasang Alternate Ads atau iklan alternatif. Jika Ad Units yang dibuat telah diatur dengan menggunakan Alternate Ads, maka apabila Ad Units tersebut tidak dapat tampil, yang muncul adalah iklan alternatif yang telah diatur sebelumnya.
* Channels: Channels adalah semacam label yang dapat diberikan pada Ad Units, Link Units, AdSense for Search, dan Referrals. Satu unit iklan dapat memiliki lebih dari satu lebih, dan sebaliknya, satu label dapat digunakan untuk lebih dari satu unit iklan. Di halaman laporan Google AdSense, hasil laporan akan dikelompokkan berdasarkan Channels, sehingga penggunaan Channels akan sangat memudahkan publisher untuk menganalisa performa AdSense mereka. Umumnya, publisher akan memberikan nama Channels yang sama pada unit-unit iklan yang ada di satu situs. Jika ingin lebih detail, sah-sah saja untuk memberikan nama Channels yang berbeda pada setiap unit iklan di masing-masing situs. Yang perlu diingat, maksimal jumlah Channels yang diperbolehkan saat ini adalah 200 kanal.
* Page Impressions : Page Impressions adalah jumlah yang menunjukkan berapa kali halaman yang mengandung Ad Units dibuka oleh pengunjung. Nilainya tidak terpengaruh oleh kuantitas Ad Units yang ada di dalam halaman yang bersangkutan.
* Clicks : Clicks adalah jumlah klik pada Ad Units milik publisher. Dalam halaman laporan AdSense, publisher dapat melihat total klik yang ia dapatkan, maupun berdasarkan Ad Units atau Channelnya.
* CTR (Clickthrough Rate) : CTR adalah perbandingan dalam persen antara jumlah klik yang diterima suatu Ad Units dengan jumlah tampilan Ad Units tersebut. Misalnya, satu Ad Units yang ditampilkan 40 kali dan diklik 10 kali memiliki nilai CTR 25% (10:40).
* CPC (Cost Per Click) : CPC adalah jumlah uang yang akan didapatkan oleh publisher apabila Ad Units tertentu diklik. Nilai CPC masing-masing Ad Units berbeda dan ditentukan oleh banyak faktor, termasuk performa dan kualitas situs milik publisher. Namun secara umum, nilai maksimal yang mungkin adalah 20% dari nilai tawaran dinamis yang ditawarkan oleh pemasang iklan.
* eCPM (Effective CPM) : eCPM atau CPM (Cost Per Million) adalah hasil pembagian antara jumlah pendapatan publisher dengan jumlah impresi halaman (per 1.000) yang ia dapatkan dari iklan-iklannya. Sebagai contoh, publisher yang menghasilkan USD 200 dari 50.000 impressi akan memiliki nilai CPM sebesar USD 4 (USD 200 dibagi 50).
* Kebijakan program AdSense : Meski program AdSense memberikan keuntungan yang besar, Google menetapkan aturan ketat untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat, termasuk pemasang iklan yang sering dirugikan oleh tindakan tidak terpuji pemilik situs anggota program AdSense.
LARANGAN-PANTANGAN
Beberapa larangan Google yang harus ditaati pemilik situs web atau blog peserta program AdSense adalah:
* Mengklik iklan yang ditampilkan situs milik sendiri, baik dengan cara manual atau dengan bantuan perangkat lunak khusus
* Dengan sengaja mendorong pengunjung situs untuk mengklik iklan yang ditampilkan, misalnya dengan kata-kata “klik iklan ini” atau “kunjungi halaman ini”
* Mengubah bentuk dan ukuran unit iklan yang telah ditentukan Google
* Membuat pranala langsung menuju halaman hasil pencarian AdSense untuk pencarian
* Mengisi secara otomatis kotak pencarian AdSense dengan katakunci tertentu
* Memanipulasi target iklan dengan katakunci tersembunyi atau dengan IFRAME
* Kode unit iklan AdSense harus ditempatkan langsung pada kode html Situs web tanpa perubahan. Pemilik situs tidak diperbolehkan mengubah kode AdSense dengan alasan apapun, misalnya dengan tujuan menampilkan hasil klik di jendela pop up atau mengalihkan target iklan.
Optimisasi Penghasilan AdSense
Potensi keuntungan mengikuti program AdSense membuat banyak pemilik situs web mengembangkan berbagai metode untuk meningkatkan jumlah klik pada iklan yang mereka tayangkan. Sebagian metode terbukti ilegal dan melawan kebijakan resmi program AdSense.
Metode yang lain diperbolehkan, bahkan didorong penggunaannya oleh Google. Beberapa metode yang dianggap sah adalah:
* Memodifikasi warna unit iklan menggunakan palet warna yang disediakan AdSense
* Meletakkan unit iklan pada posisi tertentu pada halaman web yang dianggap memiliki tingkat keterbacaan tinggi
* Menghilangkan garis tepi unit iklan dan menyamakan warna latarnya dengan warna latar halaman web sehingga unit iklan terlihat membaur dengan isi halaman.*
Upload-Download Program
Selain Adsense dan Affiliate Program, blogger juga bisa mengikuti program upload-download file seperti ditawarkan ziidu, shvoong, dan depositefile. Cara kerjanya, kita simpan file (teks, gambar, video) di situs mereka. Jika ada yang mendownload, maka kita dapat komisi. Setelah upload file, tentu kita harus promosikan link downloadnya di blog kita agar didownload pengunjung.
Selamat mencoba. Tak ada salahnya ‘kan? Toh gak rugi kita kalaupun belum berhasil. Lagian, blog kita jadi tampak “meriah”, sedikit mengganggu sih, tapi… iseng-iseng berhadiah lah… Good Luck!
kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/12/27/adsense-indonesia-untuk-blogger/
Setelah berbagi soal sejarah dan dinamika blog yang tentu masih akan terus berkembang, kini saya berbagi dengan Anda soal Adsense dan Program Afiliasai –setahu saya sebagai “new comer” tentunya.
AdSense adalah program kerjasama periklanan melalui media internet (website atau blog). Dengan adanya program ini, ngeblog tentu jadi bisa menghasilkan uang. Tugas kita cukup memasangnya di blog kita, lalu tentu harus mengupdate dan membuat blog kita semenarik mungkin biar banyak menyedot pengunjung.
Adsense terpopuler yang diselenggarakan oleh Google, Google Adsense. Sayang, layanan adsense untuk blog bahasa Indonesia belum secara remi disediakan. Alternatifnya, blogger Indonesia bisa memasang Adsense Indonesia, seperti kumpulblogger, ppcindo, ppcinbox, atau Adsense Camp sebagaimana bisa dilihat dan diklik di sidebar kanan di blog ini (kalo mau ikut gabung, tinggal klik aja tuh…).
Selain Adsense, untuk menjadikan blog “mengundang uang” adalah dengan ikut program afiliasi (affiliate program), seperti ziddu, shvoong, depositefiles, 000webhost, freedomain co.cc, dan banyak lagi. Adsense kumpulblogger dan Adsense Camp juga menyediakan program referralnya.
Anda yang mau ikut Program Adsense & Affiliate, dapat langsung nge-klik link-link di bawah ini untuk daftar, gratis!
* Daftar Adsense Camp
* Daftar Kumpulblogger
* Daftar Afiliasi 000webhost
* Daftar Afiliasi Shvoong
* Daftar Afiliasi Freedomain Co.Cc
* Daftar Afiliasi Deposite File
* Daftar Ziddu
* Daftar Adsense-Indonesia Ppcinbox
Cara Kerja
Melalui program periklanan AdSense, pemilik situs web atau blog yang telah mendaftar dan disetujui keanggotaannya diperbolehkan memasang unit iklan yang bentuk dan materinya telah ditentukan oleh Google di halaman web mereka. Pemilik situs web atau blog akan mendapatkan pemasukan berupa pembagian keuntungan dari Google untuk setiap iklan yang diklik oleh pengunjung situs, yang dikenal sebagai sistem pay per click (ppc) atau bayar per klik.
Selain menyediakan iklan-iklan dengan sistem bayar per klik, Google AdSense juga menyediakan AdSense untuk pencarian (AdSense for Search) dan iklan arahan (Referral). Pada AdSense untuk pencarian, pemilik situs web dapat memasang kotak pencarian Google di halaman web mereka. Pemilik situs akan mendapatkan pemasukan dari Google untuk setiap pencarian yang dilakukan pengunjung melalui kotak pencarian tersebut, yang berlanjut dengan klik pada iklan yang disertakan pada hasil pencarian.
Pada iklan arahan, pemilik situs akan menerima pemasukan setelah klik pada iklan berlanjut dengan tindakan tertentu oleh pengunjung yang telah disepakati antara Google dengan pemasang iklan tersebut.
Istilah dalam AdSense
* Publisher: Publisher adalah orang atau pemilik situs yang sudah bergabung dan memasang iklan AdSense di situs mereka.
* Ad Units : Yang dimaksud dengan Ad Units adalah iklan AdSense itu sendiri. Ad Units terdiri dari beberapa jenis dan ukuran. Yang paling umum adalah jenis iklan teks. Pada saat pengunjung mengklik unit iklan ini, maka (jika sah) pemasang iklan akan mendapatkan pemasukan sesuai dengan nilai CPC-nya.
* Link Units : Link Units hampir sama dengan Ad Units, hanya saja formatnya mirip dengan format menu yang biasa kita temui di situs-situs web. Yang membedakan Link Units dengan Ad Units adalah pada saat pengunjung meng-klik iklan ini, maka ia akan diarahkan pada halaman hasil pencarian di search engine Google. Publisher baru akan mendapatkan pemasukan apabila pengunjung mengklik salah satu Ad Unit yang ada di halaman tersebut. Pada prakteknya, Link Units terbukti menghasilkan pemasukan lebih banyak dibandingkan Ad Units biasa.
* AdSense for Content: AdSense for Content adalah iklan AdSense yang dipasang di dalam suatu halaman. Iklan-iklan yang muncul adalah iklan-iklan yang berhubungan dengan isi halaman tersebut. Atau istilahnya menggunakan konsep kontekstual. Ad Units dan Link Units adalah yang termasuk dalam AdSense for Content ini.
* Alternate Ads : Pada AdSense for Content, iklan tidak selalu muncul. Sebabnya antara lain bisa karena memang stok iklan yang berhubungan dengan isi situs sudah habis atau Google tidak dapat memperkirakan apa isi situs itu sebenarnya. Jika ini terjadi, secara default, yang ditampilkan adalah iklan layanan masyarakat atau sering dikenal dengan istilah PSA (Public Service Ads). Karena bertipe donasi, maka jika diklik, iklan ini tidak menghasilkan apa-apa bagi publisher. Untuk mengatasinya, Google memperbolehkan kita untuk memasang Alternate Ads atau iklan alternatif. Jika Ad Units yang dibuat telah diatur dengan menggunakan Alternate Ads, maka apabila Ad Units tersebut tidak dapat tampil, yang muncul adalah iklan alternatif yang telah diatur sebelumnya.
* Channels: Channels adalah semacam label yang dapat diberikan pada Ad Units, Link Units, AdSense for Search, dan Referrals. Satu unit iklan dapat memiliki lebih dari satu lebih, dan sebaliknya, satu label dapat digunakan untuk lebih dari satu unit iklan. Di halaman laporan Google AdSense, hasil laporan akan dikelompokkan berdasarkan Channels, sehingga penggunaan Channels akan sangat memudahkan publisher untuk menganalisa performa AdSense mereka. Umumnya, publisher akan memberikan nama Channels yang sama pada unit-unit iklan yang ada di satu situs. Jika ingin lebih detail, sah-sah saja untuk memberikan nama Channels yang berbeda pada setiap unit iklan di masing-masing situs. Yang perlu diingat, maksimal jumlah Channels yang diperbolehkan saat ini adalah 200 kanal.
* Page Impressions : Page Impressions adalah jumlah yang menunjukkan berapa kali halaman yang mengandung Ad Units dibuka oleh pengunjung. Nilainya tidak terpengaruh oleh kuantitas Ad Units yang ada di dalam halaman yang bersangkutan.
* Clicks : Clicks adalah jumlah klik pada Ad Units milik publisher. Dalam halaman laporan AdSense, publisher dapat melihat total klik yang ia dapatkan, maupun berdasarkan Ad Units atau Channelnya.
* CTR (Clickthrough Rate) : CTR adalah perbandingan dalam persen antara jumlah klik yang diterima suatu Ad Units dengan jumlah tampilan Ad Units tersebut. Misalnya, satu Ad Units yang ditampilkan 40 kali dan diklik 10 kali memiliki nilai CTR 25% (10:40).
* CPC (Cost Per Click) : CPC adalah jumlah uang yang akan didapatkan oleh publisher apabila Ad Units tertentu diklik. Nilai CPC masing-masing Ad Units berbeda dan ditentukan oleh banyak faktor, termasuk performa dan kualitas situs milik publisher. Namun secara umum, nilai maksimal yang mungkin adalah 20% dari nilai tawaran dinamis yang ditawarkan oleh pemasang iklan.
* eCPM (Effective CPM) : eCPM atau CPM (Cost Per Million) adalah hasil pembagian antara jumlah pendapatan publisher dengan jumlah impresi halaman (per 1.000) yang ia dapatkan dari iklan-iklannya. Sebagai contoh, publisher yang menghasilkan USD 200 dari 50.000 impressi akan memiliki nilai CPM sebesar USD 4 (USD 200 dibagi 50).
* Kebijakan program AdSense : Meski program AdSense memberikan keuntungan yang besar, Google menetapkan aturan ketat untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat, termasuk pemasang iklan yang sering dirugikan oleh tindakan tidak terpuji pemilik situs anggota program AdSense.
LARANGAN-PANTANGAN
Beberapa larangan Google yang harus ditaati pemilik situs web atau blog peserta program AdSense adalah:
* Mengklik iklan yang ditampilkan situs milik sendiri, baik dengan cara manual atau dengan bantuan perangkat lunak khusus
* Dengan sengaja mendorong pengunjung situs untuk mengklik iklan yang ditampilkan, misalnya dengan kata-kata “klik iklan ini” atau “kunjungi halaman ini”
* Mengubah bentuk dan ukuran unit iklan yang telah ditentukan Google
* Membuat pranala langsung menuju halaman hasil pencarian AdSense untuk pencarian
* Mengisi secara otomatis kotak pencarian AdSense dengan katakunci tertentu
* Memanipulasi target iklan dengan katakunci tersembunyi atau dengan IFRAME
* Kode unit iklan AdSense harus ditempatkan langsung pada kode html Situs web tanpa perubahan. Pemilik situs tidak diperbolehkan mengubah kode AdSense dengan alasan apapun, misalnya dengan tujuan menampilkan hasil klik di jendela pop up atau mengalihkan target iklan.
Optimisasi Penghasilan AdSense
Potensi keuntungan mengikuti program AdSense membuat banyak pemilik situs web mengembangkan berbagai metode untuk meningkatkan jumlah klik pada iklan yang mereka tayangkan. Sebagian metode terbukti ilegal dan melawan kebijakan resmi program AdSense.
Metode yang lain diperbolehkan, bahkan didorong penggunaannya oleh Google. Beberapa metode yang dianggap sah adalah:
* Memodifikasi warna unit iklan menggunakan palet warna yang disediakan AdSense
* Meletakkan unit iklan pada posisi tertentu pada halaman web yang dianggap memiliki tingkat keterbacaan tinggi
* Menghilangkan garis tepi unit iklan dan menyamakan warna latarnya dengan warna latar halaman web sehingga unit iklan terlihat membaur dengan isi halaman.*
Upload-Download Program
Selain Adsense dan Affiliate Program, blogger juga bisa mengikuti program upload-download file seperti ditawarkan ziidu, shvoong, dan depositefile. Cara kerjanya, kita simpan file (teks, gambar, video) di situs mereka. Jika ada yang mendownload, maka kita dapat komisi. Setelah upload file, tentu kita harus promosikan link downloadnya di blog kita agar didownload pengunjung.
Selamat mencoba. Tak ada salahnya ‘kan? Toh gak rugi kita kalaupun belum berhasil. Lagian, blog kita jadi tampak “meriah”, sedikit mengganggu sih, tapi… iseng-iseng berhadiah lah… Good Luck!
kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/12/27/adsense-indonesia-untuk-blogger/
Label:
Adsense
Teknik Menulis Artikel Ilmiah Populer
By Romeltea
Pada prinsipnya, menulis artikel ilmiah populer sama dengan menulis artikel populer biasa –proses kerja intelektual yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique), latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan… kesabaran.
Seperti halnya semua tulisan, artikel ilmiah populer juga menjadikan komunikasi sebagai tujuan utama. Communication is the Goal! Sebuah artikel ditulis untuk berkomunikasi dengan pembaca; menyampaikan gagasan, informasi, atau impresi dari pikiran penulisnya kepada pembaca. “The reason for putting words on paper in the first place is to communicate, to convey ideas, information, or impressions from your mind to the minds of your readers,” jelas Elizabeth McMahan & Susan Day dalam bukunya, The Writer’s Rhetoric and Handbook”, 2nd Edition (McGraw-Hill, USA, 1984).
Tulisan yang baik itu jelas, bahkan tujuan komunikasi adalah kelejasan. Apa yang kita tulis harus dimengerti dengan baik oleh pembaca. “Clarity is the Keynote of Good Writing. The goal of communication is clarity. What you have written has not be misunderstood.”
Perbedaan utama artikel biasa dengan artikel ilmiah populer utamanya dalam hal dukungan fakta dan teori. Dalam artikel biasa, penulis tidak dituntut menyertakan fakta atau teori sebagai pendukung argumentasi atau opininya. Jadi, salah satu karakter artikel ilmiah populer adalah opini subjektif penulis disertai fakta-data dan teori pendukung tentang suatu masalah atau peristiwa.
Apa karakter lainnya? Bagaiman struktur tulisannya? Bagaimana pula proses atau tahapan penulisannya? Secara garis besar, saya tuangkan di file terspisah. Silakan DOWNLOAD. Wasalam.
Kutipan dari Romeltea di /www.romeltea.com/2009/05/11/teknik-menulis-artikel-ilmiah-populer/
Pada prinsipnya, menulis artikel ilmiah populer sama dengan menulis artikel populer biasa –proses kerja intelektual yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique), latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan… kesabaran.
Seperti halnya semua tulisan, artikel ilmiah populer juga menjadikan komunikasi sebagai tujuan utama. Communication is the Goal! Sebuah artikel ditulis untuk berkomunikasi dengan pembaca; menyampaikan gagasan, informasi, atau impresi dari pikiran penulisnya kepada pembaca. “The reason for putting words on paper in the first place is to communicate, to convey ideas, information, or impressions from your mind to the minds of your readers,” jelas Elizabeth McMahan & Susan Day dalam bukunya, The Writer’s Rhetoric and Handbook”, 2nd Edition (McGraw-Hill, USA, 1984).
Tulisan yang baik itu jelas, bahkan tujuan komunikasi adalah kelejasan. Apa yang kita tulis harus dimengerti dengan baik oleh pembaca. “Clarity is the Keynote of Good Writing. The goal of communication is clarity. What you have written has not be misunderstood.”
Perbedaan utama artikel biasa dengan artikel ilmiah populer utamanya dalam hal dukungan fakta dan teori. Dalam artikel biasa, penulis tidak dituntut menyertakan fakta atau teori sebagai pendukung argumentasi atau opininya. Jadi, salah satu karakter artikel ilmiah populer adalah opini subjektif penulis disertai fakta-data dan teori pendukung tentang suatu masalah atau peristiwa.
Apa karakter lainnya? Bagaiman struktur tulisannya? Bagaimana pula proses atau tahapan penulisannya? Secara garis besar, saya tuangkan di file terspisah. Silakan DOWNLOAD. Wasalam.
Kutipan dari Romeltea di /www.romeltea.com/2009/05/11/teknik-menulis-artikel-ilmiah-populer/
Label:
Penyusunan Karangan
Writing Skill: Kiat Menjadi Penulis
By Romeltea
Sastrawan dan budayawan Kuntowijoyo mengatakan, hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis. “Awali setiap pagimu dengan menulis,” kata penulis asal Inggris, Gerald Brenan (1894-1987). “Itu akan membuatmu jadi seorang penulis.”
Penulis Amerika Serikat Getrude Stein (1874 –1946) mendefinisikan menulis dengan “menulis adalah menulis menulis adalah menulis adalah menulis adalah… dan seterusnya”. Jadi, cuma satu jalan untuk menjadi penulis, ya… menulis! Masa berenang…
Menulis itu sebenarnya tidak perlu terlalu banyak “teori”, menulis sajalah seperti Anda berbicara. Namun, untuk menjadi penulis yang baik dan benar, tentu ada syaratnya. Untuk menjadi penulis yang “baik dan benar”, setidaknya diperlukan tiga hal:
1. Suka membaca. Dengan rajin membaca Anda akan memiliki wawasan luas. Untuk bisa menulis, dibutuhkan wawasan. Wawasan kita akan berkembang dengan banyak membaca. Bukan saja membaca koran, majalah, atau buku, tapi juga “membaca fenomena” atau setiap kejadian di sekitar kita.
2. Kuasai Tata Bahasa. Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis menggunakan bahasa tulisan, struktur kalimat harus diperhatikan, misalnya subjek predikat, kata kerja – kata benda. Sedangkan kalau berbicara menggunakan bahasa lisan. Asalkan dimengerti, orang tidak akan peduli soal stuktur atau ejaan. Tapi dalam bahasa tulisan, salah titik-koma saja bisa jadi masalah. So, jangan sepelekan pelajaran bahasa Indonesia dan EYD-nya.
3. Sabar. Menulis adalah proses, butuh waktu dan ketekunan. Ada tahapan yang harus dilalui yang butuh perjuangan. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Pengorbanan dalam menulis adalah bersikap sabar.
TEKNIK MENULIS: WRITING PROCESS
Saatnya menulis! Tapi tunggu dulu, karena menulis adalah sebuah proses, ada tahap yang harus dilalui. Ini juga menunjukkan, menulis itu “kerja intelektual”, harus mikir, karenanya… butuh kesabaran!
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam menulis: prewriting (pra-menulis), drafting (penulisan naskah awal), revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi).
1. Prewriting –adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, memilih topik.
* Tentukan tujuan! Tujuan menulis ada tiga: menyampaikan informasi (to inform), menghibur (to entertain), atau untik mengajak/mempenharuhi (to persuade).
* Perhatikan pembaca Anda! Pikirkan, untuk siapa Anda menulis atau siapa yang akan membaca tulisan Anda. Tulisan buat dibaca teman-teman Anda, gunakan gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan yang biasa Anda kemukakan ketika ngobrol dengan mereka!
* Tentukan topik! Apa yang mau Anda bahas atau kemukakan dalam tulisan itu. Temukan ide utama (main idea), persempit (narrow yout topic), dan temukan poinnya atau intinya.
* Kumpulan Referensi. Kumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk mengembangkan topik Anda dan membangun tulisan. Galilah informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan kawan atau ahli, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi. Jangan lupa: baca semua referensi yang ada dan pahami! Lalu catat atau beri tanda bahan yang sekiranya akan Anda kutip!
2. Outlining — Setelah topik dipilih, referensi dikumpulkan dan dibaca, saatnya Anda membuat garis besar tulisan (outline). Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (subjudul).
Guna menyusun oultine, perhatikan, anatomi atau stuktir sebuah artikel berikut ini:
* Head - judul tulisan
* By Name - nama penulis
* Intro - lead atau bagian pembuka tulisan (opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa.
* Bridge – jembatan, penghubung antara intro dengan isi tulisan. Bisa berupa pertanyaan atau pengantar menuju isi tulisan.
* Body — isi tulisan, biasanya dibagi menjadi dua atau tiga subjudul.
* Closing — penutup, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban.
2. Writing – Drafting or Composing the First Draft. Mulailah menulis dengan menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, semuanya! Jangan dulu melihat referensi data data. Bahkan, lupakan dulu semua “teori menulis”!
Selain itu, tak perlu perhatikan soal ejaan atau kata/kalimat baku dalam tahap “menulis bebas” (free writing) ini. Menulis sajalah, tuliskan semua yang Anda tahu dan pikirkan tentang topik yang sudah ditentukan!
3. Rewriting – The Revising Stage. Menulis ulang atau memperbaiki naskah awal tadi, sesuaikan dengan outline. Perhatikan judul, harus benar-benar mewakili isi naskah. Perbaiki kesalahan kata, kalimat, atau ejaan. Hindari pengulangan kalimat.
Terpenting, pastikan tulisan Anda jelas dan mudah dimengerti. Pastikan, Anda sudah menulis kalimat dengan benar, efektif, dan jelas. Pastikan juga setiap paragraf nyambung dengan topik yang dibahas. Last not least, dapatkah pembaca memahami isi dan maksud tulisan Anda?
4. Editing — Correcting the Final Version. Inilah tahap “finishing touch” sebelum tulisan Anda dipublikasikan atau dikirimkan. Koreksi setiap kata! Juga tanda-tanda baca, seperti titik-koma.
Jangan lupakan, tuliskan nama dan identitas diri Anda sebagai penulis naskah tersebut. Cantumkan nama Anda di bawah judul, dan identitas Anda di akhir naskah.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/14/writing-skill-kiat-menjadi-penulis/
Sastrawan dan budayawan Kuntowijoyo mengatakan, hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis. “Awali setiap pagimu dengan menulis,” kata penulis asal Inggris, Gerald Brenan (1894-1987). “Itu akan membuatmu jadi seorang penulis.”
Penulis Amerika Serikat Getrude Stein (1874 –1946) mendefinisikan menulis dengan “menulis adalah menulis menulis adalah menulis adalah menulis adalah… dan seterusnya”. Jadi, cuma satu jalan untuk menjadi penulis, ya… menulis! Masa berenang…
Menulis itu sebenarnya tidak perlu terlalu banyak “teori”, menulis sajalah seperti Anda berbicara. Namun, untuk menjadi penulis yang baik dan benar, tentu ada syaratnya. Untuk menjadi penulis yang “baik dan benar”, setidaknya diperlukan tiga hal:
1. Suka membaca. Dengan rajin membaca Anda akan memiliki wawasan luas. Untuk bisa menulis, dibutuhkan wawasan. Wawasan kita akan berkembang dengan banyak membaca. Bukan saja membaca koran, majalah, atau buku, tapi juga “membaca fenomena” atau setiap kejadian di sekitar kita.
2. Kuasai Tata Bahasa. Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis menggunakan bahasa tulisan, struktur kalimat harus diperhatikan, misalnya subjek predikat, kata kerja – kata benda. Sedangkan kalau berbicara menggunakan bahasa lisan. Asalkan dimengerti, orang tidak akan peduli soal stuktur atau ejaan. Tapi dalam bahasa tulisan, salah titik-koma saja bisa jadi masalah. So, jangan sepelekan pelajaran bahasa Indonesia dan EYD-nya.
3. Sabar. Menulis adalah proses, butuh waktu dan ketekunan. Ada tahapan yang harus dilalui yang butuh perjuangan. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Pengorbanan dalam menulis adalah bersikap sabar.
TEKNIK MENULIS: WRITING PROCESS
Saatnya menulis! Tapi tunggu dulu, karena menulis adalah sebuah proses, ada tahap yang harus dilalui. Ini juga menunjukkan, menulis itu “kerja intelektual”, harus mikir, karenanya… butuh kesabaran!
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam menulis: prewriting (pra-menulis), drafting (penulisan naskah awal), revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi).
1. Prewriting –adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, memilih topik.
* Tentukan tujuan! Tujuan menulis ada tiga: menyampaikan informasi (to inform), menghibur (to entertain), atau untik mengajak/mempenharuhi (to persuade).
* Perhatikan pembaca Anda! Pikirkan, untuk siapa Anda menulis atau siapa yang akan membaca tulisan Anda. Tulisan buat dibaca teman-teman Anda, gunakan gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan yang biasa Anda kemukakan ketika ngobrol dengan mereka!
* Tentukan topik! Apa yang mau Anda bahas atau kemukakan dalam tulisan itu. Temukan ide utama (main idea), persempit (narrow yout topic), dan temukan poinnya atau intinya.
* Kumpulan Referensi. Kumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk mengembangkan topik Anda dan membangun tulisan. Galilah informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan kawan atau ahli, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi. Jangan lupa: baca semua referensi yang ada dan pahami! Lalu catat atau beri tanda bahan yang sekiranya akan Anda kutip!
2. Outlining — Setelah topik dipilih, referensi dikumpulkan dan dibaca, saatnya Anda membuat garis besar tulisan (outline). Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (subjudul).
Guna menyusun oultine, perhatikan, anatomi atau stuktir sebuah artikel berikut ini:
* Head - judul tulisan
* By Name - nama penulis
* Intro - lead atau bagian pembuka tulisan (opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa.
* Bridge – jembatan, penghubung antara intro dengan isi tulisan. Bisa berupa pertanyaan atau pengantar menuju isi tulisan.
* Body — isi tulisan, biasanya dibagi menjadi dua atau tiga subjudul.
* Closing — penutup, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban.
2. Writing – Drafting or Composing the First Draft. Mulailah menulis dengan menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, semuanya! Jangan dulu melihat referensi data data. Bahkan, lupakan dulu semua “teori menulis”!
Selain itu, tak perlu perhatikan soal ejaan atau kata/kalimat baku dalam tahap “menulis bebas” (free writing) ini. Menulis sajalah, tuliskan semua yang Anda tahu dan pikirkan tentang topik yang sudah ditentukan!
3. Rewriting – The Revising Stage. Menulis ulang atau memperbaiki naskah awal tadi, sesuaikan dengan outline. Perhatikan judul, harus benar-benar mewakili isi naskah. Perbaiki kesalahan kata, kalimat, atau ejaan. Hindari pengulangan kalimat.
Terpenting, pastikan tulisan Anda jelas dan mudah dimengerti. Pastikan, Anda sudah menulis kalimat dengan benar, efektif, dan jelas. Pastikan juga setiap paragraf nyambung dengan topik yang dibahas. Last not least, dapatkah pembaca memahami isi dan maksud tulisan Anda?
4. Editing — Correcting the Final Version. Inilah tahap “finishing touch” sebelum tulisan Anda dipublikasikan atau dikirimkan. Koreksi setiap kata! Juga tanda-tanda baca, seperti titik-koma.
Jangan lupakan, tuliskan nama dan identitas diri Anda sebagai penulis naskah tersebut. Cantumkan nama Anda di bawah judul, dan identitas Anda di akhir naskah.
Kutipan dari Romeltea di www.romeltea.com/2009/05/14/writing-skill-kiat-menjadi-penulis/
Label:
Penyusunan Karangan
Langganan:
Postingan (Atom)