“Bertempat di Hotel A Jakarta, Senin 12 Januari 2009, dilaksanakan BUSSINES MEETING PT Romel Jayaperkasa yang bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” yang dihadiri oleh Dirut, Kepala Dishub, Kepala Bank X, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kawasan Berikat, Dinas Perindag, Dir. PTPNI, Ketua Wilayah Karantina, Perwakilan dari instansi pemerintah dan BUMN, dan para undangan sebanyak 75 orang terdiri atas para pengusaha ekportir-importir Indonesia.”
Saya yakin, Anda butuh pemikiran ekstra untuk memahami kalimat tersebut. Itulah tipikal karya jurnalistik wartawan pemula atau mahasiswa jurnalistik. Mereka sering mengawali lead berita dengan unsur tempat atau waktu. Jelas, mereka tidak belajar dengan baik di bangku kuliah atau di tempat diklat jurnalistik. Mereka juga tidak belajar dari berita-berita yang ada di koran-koran karya para wartawan senior.
Tipikal lainnya adalah memulai berita dengan unsur waktu (WHEN). Misalnya:
Pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2009 diadakan acara pelantikan pengurus baru forum KADS (Kesatuan Aksi Diri Sendiri) oleh Ketua Pembina Yayasan KADS Romel Sukabalabala Banget di Hotel A Bandung…
Baiknya:
Ketua Pembina Yayasan Kesatuan Aksi Diri Sendiri (KADS) Romel Sukabalabala Banget melantik pengurus baru forum KADS di Hotel A Bandung, Minggu (15/1).
Ketua Pembina Yayasan Kesatuan Aksi Diri Sendiri (KADS) Romel Sukabalabala Banget, Minggu (15/1), melantik pengurus baru forum KADS di Hotel A Bandung.
Mungkin, kebiasaan penulisan unsur WHEN itu dampak dari lagu masa kanak-anak, Pak Kusir (eh, apa judulnya?): “Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka…”
Simaklah koran Anda hari ini, adakah berita yang diawali dengan unsur waktu atau tempat? Misalnya, “bertempat di ….” atau “pada hari …. tanggal…”? Saya yakin, tidak ada, minimal langka banget! Apakah para wartawan pemula atau mahasiswa itu tidak memerhatikannya?
Salah satu cara untuk mampu menulis berita dengan baik, kita harus mempelajari struktur berita yang hadir setiap hari di koran-koran. Perhatikan bagaimana struktur kata atau kalimat pada judul, lead, dan tiap awal paragraf.
Perhatikan pula, apakah ada opini wartawan dalam berita itu? Tentu tidak karena para wartawan profesional memahami betul larangan pencampuradukan fakta dan opini, juga paham betul konsekuensinya jika larangan itu dilanggar.
DALAM sebuah diklat jurnalistik, saya bertanya kepada peserta. “Anda sudah mendapatkan materi penulisan berita, apakah ada yang masih belum bisa menulis berita?”
“Bukan ada lagi, Kang, banyak…!” jawab mereka serentak. “Banyak?” saya berlagak pilon, “Kenapa?”
“Sulit menulis awalnya, Kang!”
Maka, saya pun kembali menjelaskan rumus jitu atau cara mudah menulis berita, utamanya bagian awal atau teras (lead). Rumus jitu temuan saya itu berbasis unsur 5W+1H (What = apa yang terjadi, Who = siapa yang terlibat dalam peristiwa itu, When = kapan kejadiannya, Why = kenapa itu terjadi, Where = di mana, dan How = bagaimana proses kejadiannya), yakni formula “Who does what, when, where, why, and how”. Siapa melakukan apa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana.
Contohnya, mari kita edit atau susun ulang berita di atas, disesuaikan dengan formula 5W+1H. Hasilnya seperti ini:
PT Romel Jayaperkasa melaksanakan Business Meeting (Pertemuan Bisnis) di Hotel A Jakarta, Senin (12/1). Acara bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” itu dihadiri oleh Dirut, Kepala Dishub, Kepala Bank X, Ketua Gapensi, Ketua Asosiasi Kawasan Berikat, Dinas Perindag, Dir. PTPNI, Ketua Wilayah Karantina, serta perwakilan instansi pemerintah dan BUMN. Tuurt hadir 75 tamu undangan terdiri atas para pengusaha ekspor-import Indonesia.
Uraian unsur 5W+1H:
WHO = PT Romel Jayaperkasa
WHAT = melaksanakan Business Meeting
WHERE= di Hotel A Jakarta
WHEN = Senin (12/1)
WHY = (tujuan acara, mengapa acara itu digelar, belum dimasukan)
HOW = Acara bertajuk “Dampak Krisis Ekonomi Global Terhadap Industri di Indonesia” itu dihadiri .. dst.
Jadi, sebagai standar penulisan berita, mulailah dengan unsur WHO: WHO DOES WHAT, Siapa Melakukan Apa. Untuk berita opini (opinion news), gunakan formula WHO SAYS WHAT, Siapa Mengatakan Apa. Talking-talking… itu formula atau rumus “temuan saya” lho, ‘gak ada di buku teori soalnya, harus dipatenkan kali ya? Biar aja deh, ilmu itu hakikatnya milik Allah dan harus disebarluaskan oleh penerima amanah-Nya.
Lanjut! Tentu, tidak ada larangan memulainya dengan unsur lain, apalagi jika menggunakan gaya penulisan “jurnalisme sastra” atau “jurnalisme baru” (saya menyebutnya “advanced level” dalam penulisan berita), juga penulisan jenis berita selain berita lempang (straight news). Tapi lazimnya, atau sebagai standar penulisan bagi pemula, berita (straight news) dimulai dengan unsur WHO sesuai dengan kaidah tata bahasa SPOK (Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan).
Ok, Class! Itu dulu lesson kita kali ini. To be continued, misalnya soal bagaimana agar kita terbiasa menulis berita dengan baik dan benar? Just, keep visiting this blog, ok? Wasalam.
kutipan dari romeltea di romeltea.com/2009/05/12/teknik-menulis-berita-mulai-dengan-unsur-‘who’/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar